Lika-liku Transaksi Obat Aborsi

Edisi: 48/48 / Tanggal : 2020-01-26 / Halaman : 46 / Rubrik : KSH / Penulis : Dini Pramita, ,


SEPANJANG 2015, Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup 300 ribu situs web yang menjual obat ilegal, penjual obat peluruh kandungan yang paling banyak. Pembekuan tersebut dilakukan atas aduan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Namun menutup situs seperti menggantang asap: ditutup satu tumbuh seribu. Hingga hari ini, situs-situs yang menjajakan obat aborsi itu masih menjamur. Terakhir, pada 2017-2019, Kementerian Komunikasi menutup 96 situs yang terang-terangan menjual obat aborsi.

Penegakan hukum juga tak membuat para pelaku jera. Pada Oktober tahun lalu di Malang, Jawa Timur, polisi meringkus jaringan obat aborsi yang berjualan di Facebook. Pemimpin jaringan itu seorang karyawan sebuah perusahaan distributor obat untuk rumah sakit dan apotek di kota tersebut. Mereka mendapat untung Rp 40 ribu per butir Cytotec. Ini jenis obat paling populer untuk aborsi yang pemakaiannya sangat terbatas dan mesti memakai resep dokter.

Di Klaten, Jawa Tengah, polisi membekuk Agung Nugroho, yang juga diduga menjadi otak penjualan Cytotec di media sosial. Di Facebook dan Line, bersama Annisa Puspita Sari, ia mengelola akun “Nindira Kurnia Wati”. Ia mencantumkan nomor telepon yang bisa dibaca 1.004 pengikutnya. “Saya mulai berdagang pertengahan 2018,” kata Agung kepada Tempo di Kepolisian Resor Klaten, Juni 2019.

Dalam menjalankan bisnis itu, Agung berpura-pura menjadi dokter, sementara Annisa sebagai asistennya. Ia menjual paket obat seharga Rp 800 ribu-2 juta. Tiap paket berisi lima-sepuluh butir obat, tergantung usia kehamilan. Tarif itu naik menjadi Rp 11 juta jika konsumennya meminta tindakan bidan. Agung dibantu “bidan” Ari Janti, yang sehari-hari bekerja di kantor Kecamatan Ceper, yang dibayar Rp 1 juta per tindakan. “Saya cuma tempat buangan Agung,” ujar Ari.

Agung mengaku mendapatkan obat-obat aborsi itu secara online dari Instagram dan Twitter. Dari keterangan Agung, Tempo menelusuri akun-akun pemasok obat aborsi yang disebutkannya. Agus salah satunya. Melalui telepon, ia mengatakan biasa menjual Cytotec dengan jumlah banyak seharga Rp 60 ribu per butir. Padahal, di apotek, harga eceran tertinggi Cytotec hanya Rp 45 ribu.

Di tangan Agung Nugroho, obat itu dijual kepada konsumen Rp 100 ribu per butir. Hingga ditangkap, ia mengaku baru menjual tiga paket yang berisi sepuluh butir per paket. Tapi penyelidikan polisi menemukan Agung sesungguhnya sudah berhasil menjual lebih dari seratus paket.

Toh, penangkapan-penangkapan penjual obat ilegal tak menyusutkan penjualan obat aborsi. Setidaknya hingga penelusuran Tempo selama dua bulan pada akhir tahun lalu. Cytotec, yang diproduksi raksasa obat Pfizer, berseliweran dijajakan di media…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14

Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…

D
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16

Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…

C
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16

Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…