‘Allahu Akbar’ Sutanto di Melbourne

Edisi: 05/49 / Tanggal : 2020-03-29 / Halaman : 54 / Rubrik : SN / Penulis : Nuraini Juliastuti, ,


SEKITAR 60 orang hadir di gedung pertunjukan Melba Hall di lingkungan Conservatorium of Music, University of Melbourne, Australia, pada Kamis, 12 Maret lalu. Mereka tampak antusias mengantisipasi kuliah umum dan pertunjukan “Gamelan: Philosophy and Expression in Javanese Music” oleh Sutanto Mendut malam itu.

Sutanto Mendut, seniman, aktivis budaya, dan inisiator Festival Lima Gunung, melakukan residensi singkat di Melbourne pada 5-15 Maret lalu. Dia datang atas undangan Victorian College of the Arts (VCA), University of Melbourne. Residensi singkat ini juga bisa dibaca sebagai kunjungan balasan. Setiap tahun sejak 2017, sekelompok mahasiswa seni yang berasal dari program studi Community Practices dan Social Practice and Community Engagement di VCA rutin berkunjung ke Studio Mendut dan beberapa desa lokasi pelaksanaan Festival Lima Gunung.
Festival Lima Gunung merupakan festival tahunan komunitas desa yang berlokasi di sekitar lima gunung di Jawa Tengah—Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh—berkumpul bersama untuk menyalurkan ekspresi seni dan kreativitas.

Antusiasme tersebut dibentuk oleh perasaan terbiasa dalam menerima dan mendengarkan gamelan. Pertunjukan gamelan, eksperimen gamelan dengan musik kontemporer atau elemen musik tradisional lain dari Indonesia,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.