Anak Indie Tak Tergerus Arus
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-01-01 / Halaman : / Rubrik : EB / Penulis :
BERPROFESI pengelola label musik indie atau independen, Uji “Hahan” Handoko bisa bekerja sekaligus melakoni hobinya mengoleksi piringan hitam. Puluhan rekaman fonograf tersimpan rapi di studio Hahan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya Starlit Carousel, album perdana Leilani Hermiasih, musikus dan pianis yang dikenal dengan nama panggung Frau.
Sampul piringan hitam alias vinil Starlit Carousel tampak artistik, berupa buku yang terdiri atas lembar partitur piano dan akor gitar. Sampulnya menyertakan visual fotografi yang digambar ulang dengan teknik lukisan hiper-realistis. Frau diilustrasikan sedang telungkup dengan lukisan jatuh menimpa tubuhnya.
Nirmana Records merilis ulang album pertama Frau itu pada 14 Februari 2015 di Ruang MES 56, Yogyakarta. Label rekaman indie ini memang dikenal punya spesialisasi merilis album musikus yang berkarya di Yogyakarta dalam format piringan hitam. “Inginnya memadukan musik dan visual seni rupa,” kata Hahan, salah satu pendiri Nirmana Records, di studio seni miliknya di Bantul, Selasa, 28 Desember lalu.
Enam tahun merilis album-album vinil pemusik indie, Nirmana kini mengalami apa yang juga dihadapi label komersial: gempuran musik berformat digital lewat layanan streaming di Internet.
Namun Nirmana memilih tetap merilis album berbentuk piringan hitam. Alasannya ideologis: kualitas rekaman fonograf paling bagus dibanding medium lain. Suara yang dihasilkan juga lebih jernih dan detail serta tidak pampat dibanding musik digital yang didengarkan secara streaming. Piringan hitam pun lebih awet dan tidak mudah rusak jika dibandingkan dengan medium fisik lain seperti pita dan cakram padat (CD).
Melayani pembuatan rekaman dan album musikus independen, Hahan tahu diri. Dia tidak menargetkan labelnya menjadi bisnis yang menguntungkan. Bagi dia, jika hasil penjualan rekaman fonograf sudah bisa menutup biaya perilisan album berikutnya, itu sudah cukup. Label ini mencetak piringan hitam dalam jumlah terbatas, maksimal 200 keping untuk setiap album, dengan biaya Rp 35 juta.
Dari Nirmana, album itu dilepas ke toko-toko piringan hitam. Mereka juga menggunakan skema pemesanan pra-produksi, dengan menawarkan edisi khusus.
Sekeping piringan hitam bikinan Nirmana dijual Rp 380 ribu. Album piringan hitam Frau habis terjual. Sebulan setelah album dirilis, harganya naik…
Keywords: Streaming, Musik, Industri Musik, Royalti Lagu, Musik Indie, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…