Para Penjaga Gambut Muara Siran

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-02-12 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


MATAHARI yang terik jatuh di atas Danau Siran, danau di antara hutan gambut di Desa Muara Siran. Cahayanya memantul di permukaan air danau di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, itu. Di sekitar danau itu terdapat sejumlah bangunan kayu tempat sarang burung walet yang sekilas tampak seperti rumah dengan tinggi belasan meter.
Saat Tempo bertandang ke Danau Siran pada akhir Januari lalu, suara panggilan walet dari bangunan kayu itu ramai bersahutan, bersaing dengan deru mesin perahu ces yang membelah danau. Di tepi danau yang bersebelahan dengan hutan gambut yang rimbun, burung-burung bangau terlihat bertengger di pepohonan. Beberapa di antaranya turun ke danau, sibuk berburu ikan santapan.
Danau Siran tak terlihat seperti umumnya danau. Airnya tidak berwarna kebiruan, tidak juga cokelat keruh. Air itu berwarna cokelat kehitaman mirip air teh yang kental, seperti air yang sering dijumpai di kawasan Mahakam Tengah—sebutan bentang alam antara hulu dan muara Sungai Mahakam—tempat ekosistem gambut banyak terhampar di Kalimantan Timur.
Di Danau Siran banyak tumbuh rasau. Tumbuhan berjenis pandan itu hidup berkumpul dan menjulang hingga puluhan meter di tengah danau dengan warna dominan hijau. Jika dilihat sekilas, kumpulan tumbuhan itu tampak seperti pulau karang, yang membuat para pelancong yang datang ke Danau Siran menyebutnya mirip destinasi wisata Raja Ampat di Papua Barat.
Danau Siran bagian dari lanskap alam Desa Muara Siran. Mayoritas wilayah desa yang berbentuk datar itu adalah lahan gambut sehingga sebagian besar kawasannya terendam air. Maka air berwarna kehitaman pun menjadi pemandangan umum di desa ini. Dari luas 42,2 hektare, sekitar 80 persen wilayah desa itu berupa hutan rawa sekunder serta sungai-sungai kecil dan sedang.
Desa Muara Siran bisa dijangkau melalui jalur darat dan sungai. Dari Samarinda, Tempo bersama rombongan Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Yayasan Biosfer Manusia naik mobil melalui jalur darat ke arah Tenggarong, lalu menuju tempat penyeberangan sungai di Kecamatan Muara Kaman. Total waktu perjalanan darat itu empat-lima jam. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan perahu ces bermotor menyusuri sungai hingga sampai di Desa Muara Siran dalam waktu sekitar satu jam.

Jembatan di Kampung Wisata Desa Muara Siran, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kaltim. TEMPO/Sapri Maulana
Setiba di Muara Siran, kami menuju Danau Siran yang berada di hulu desa itu. Di sana kami bertemu dengan Abdul Agus Nuraini, 50 tahun, Ketua Lembaga Pengelola Sumber Daya Alam Muara Siran, yang menunggu di pondok rakit kayu ulin yang dibangun di atas Danau Siran.
Menurut Agus, kisah perjuangan masyarakat desanya mempertahankan lingkungan dan menolak dijadikan lokasi perkebunan sawit, lalu memilih membudidayakan sarang burung walet, tak lepas dari keberadaan Danau Siran. Kisah ini bermula pada sekitar 2012. Saat…

Keywords: Kabupaten Kutai KartanegaraKelapa sawitUsaha Sarang WaletPerkebunan sawitGambut
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…