Bonnie Triyana: Revolusi Indonesia Bukan Hanya Kekerasan
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-02-27 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
BONNIE Triyana mengaku lega tuntutan hukum terhadap dirinya yang diajukan organisasi Indo, Federasi Hindia Belanda (FIN), digugurkan kejaksaan Belanda. Sudah lebih dari sebulan di Belanda terjadi polemik tentang apa yang dinamakan periode Bersiap. Polemik ini sendiri menimbulkan rasa ingin tahu orang terhadap pameran. Banyak pengunjung menghadiri pameran itu.
Awalnya adalah artikel Bonnie Triyana yang mempersoalkan istilah “Bersiap” di harian NRC Handelsblad. Dan kemudian terjadi pro-kontra. Banyak yang mencaci-maki dia. “Topik seperti ini patutnya didiskusikan dalam seminar, bukan di pengadilan,” tutur Bonnie. Bagaimana sesungguhnya pandangan Bonnie tentang “Bersiap”? Wartawan Tempo, Abdul Manan, Seno Joko Suyono, dan Iwan Kurniawan, mewawancarainya pada Selasa, 22 Februari lalu.
Bagaimana awal kontroversi periode Bersiap ini?
Saya selama empat tahun mempersiapkan pameran bersama Amir Sidharta, Harm Stevens, dan Marion Anker. Di dalam tim ada debat itu biasa. Pada sebuah diskusi, saya menolak kata “Bersiap” dijadikan salah satu judul utama pameran. “Bersiap” menurut saya ada masalah. Memang kalau kata “Bersiap” dijadikan judul penontonnya bisa lebih ramai. Tapi kami kan tidak dagang kelontong.
Dari riset yang saya lakukan, ternyata istilah kekerasan di Indonesia banyak. Di Jawa Tengah, dari studi Anton Lucas, ada istilah “dombreng” untuk revolusi sosial. Di Depok dan Tangerang ada “gedoran”. Di Banten dan Jawa Barat ada “ngeli”. “Bersiap” adalah istilah berdasarkan perspektif orang Belanda. Harus dicari judul lain yang bisa mengatasi perbedaan istilah. Saya mengusulkan kata “geweld” (kekerasan) jadi judul. Jadi saya bukan denial adanya pembunuhan terhadap orang Belanda-Indo di Indonesia, tapi saya cari kata lain supaya banyak perspektif terwakili di situ.
Kurator Belanda setuju dengan itu?
Manut. Ini kan rasional saja. Dan ide ini sudah berkali-kali saya sampaikan dalam diskusi. Pada 2020, tatkala ada pertemuan dengan Pusat Memorabilia Indies di Belanda dan Maluku Museum, saya menjelaskan bahwa pameran tidak akan menjadikan kata “Bersiap” sebagai judul besar. Mereka terima. Oktober tahun lalu saya terlibat expert meeting dengan 50 ahli Indonesia dari Belanda. Saya berpresentasi di depan mereka. Tidak ada yang keberatan.
Lalu kenapa FIN melaporkan Anda?
FIN sebetulnya kelompok kecil, tapi didukung sayap kanan. Kecil, tapi suaranya keras. Film De Oost…
Keywords: Revolusi Indonesia, Rijksmuseum, Kolonialisme, Bonnie Triyana, Periode Bersiap, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…