Persetubuhan Di Padang Bunga Dan Potret Diri
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-04-02 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
SEORANG lelaki tua bersetubuh di sebuah sabana. Tubuhnya yang cokelat bersama pasangannya berselimut kain putih. Kain itu terlihat tipis, lebih seperti bahan kelambu. Kain putih itu juga menjadi alas tubuh mereka. Hanya kaki-kaki mereka yang terlihat. Lelaki tua tersebut tampak setengah menindih partnernya. Mata perempuan itu terpejam, mukanya tengadah. Seluruh leher dan sedikit pundaknya terlihat. Rambut panjang hitamnya terurai lurus ke bawah. Salah satu kakinya terangkat, seolah-olah ia menikmati entakan si lelaki tua.
Mereka bersanggama di sebuah padang yang luas. Tampak di kejauhan tiga gunung berjejer. Sabana itu, jika kita perhatikan, bukan sabana yang kering kerontang. Pun bukan sabana yang ditumbuhi ilalang liar. Sabana itu penuh bunga merah yang bermekaran di antara rerumputan hijau. Bunga-bunga yang tertata di lajur-lajur rapi. Sabana itu lebih mirip sebuah padang oasis yang tenang. Dan pasangan itu satu-satunya yang ada di sana. Dalam kelengangan, di bawah tatapan alam, dalam situasi surgawi seperti alam mimpi, mereka bersetubuh.
Imaji lukisan berjudul Megatruh tersebut berbeda sekali dengan semua lukisan Djoko Pekik yang disajikan di Bentara Budaya Yogyakarta dalam pameran pada 26-31 Maret 2022. Bahkan juga mungkin dengan karya-karya Pekik terdahulu. Tak pernah sebelumnya Pekik menampilkan adegan bersanggama. Apalagi dalam pameran bersama sahabat-sahabatnya eks anggota Sanggar Bumi Tarung. Di usianya yang 85 tahun, tiba-tiba dia memunculkan lukisan yang “erotik” itu.
Potret Diri (2) karya Djoko Pekik.
Itu cukup mengejutkan. Apalagi sosok lelaki tua dalam lukisan tersebut mirip dengan Djoko Pekik sendiri. Lelaki itu berjanggut dan berkumis putih. Lukisan tersebut seperti sebuah alegori diri Pekik di usia senja yang kini ketika berjalan harus mengenakan tongkat tapi tetap memiliki daya hidup. Judul yang dipilih, Megatruh, memberikan asosiasi dan metafora makna tersendiri. Megatruh berarti megat (lepas) ruh (roh). Dalam tahap tembang macapat Jawa, megatruh menggambarkan momen-momen menjelang akhir perjalanan hidup.
Dalam pengantarnya pada pembukaan pameran, Romo Sindhunata mengatakan ada kaitan lukisan itu dengan kekaguman Djoko Pekik terhadap sebuah kisah ketoprak. “Tatkala kecil di Purwodadi, Djoko Pekik pernah terpukau menonton sebuah pertunjukan ketoprak. Ketoprak itu bercerita tentang seorang putri yang menyatakan cintanya kepada seorang kesatria yang memperjuangkan masyarakat Samin di Pati. Kesatria itu akhirnya luka parah, tapi putri tersebut tetap mau berkasih-kasihan (bersetubuh) dengannya,” kata Sindhunata.
Kesatria…
Keywords: Djoko Pekik, Lukisan, seniman, Pameran Seni, Seni, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.