Upin-ipin: Proyek Main-main

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-07-16 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


Begitu tayang pertama kali di TV9 pada 2007, enam episode seri animasi Upin & Ipin langsung meledak. Menjelang Idul Fitri tahun itu, jumlah penontonnya mencapai 1,5 juta—menggeser SpongeBob SquarePants dan hanya tertinggal 100 ribu dari penonton kartun Jepang, Doraemon. Jumlah penonton karakter anak kembar Malaysia itu kian bertambah setelah merambah televisi Indonesia dan menjadi fenomena global ketika menjadi nomine Oscar 2020.

•••
GEDUNG tiga lantai berbentuk segitiga di pusat perniagaan Shah Alam, Selangor, Malaysia, berdiri agak mencolok. Dengan tembok berwarna kuning, biru, dan abu-abu, gedung ini segera dikenali sebagai rumah produksi Les’ Copaque dari baliho besar di atasnya. Bagi anak-anak Malaysia dan Indonesia, Les’ Copaque bukan nama asing karena sering muncul di bagian kredit akhir serial animasi Upin & Ipin.
Upin & Ipin adalah animasi paling digemari di negara dua jiran. Di Malaysia, enam episode seri pertama pada 2007 yang tayang di TV9 ditonton 1,5 juta orang. Ini angka yang fantastis untuk ukuran animasi lokal karena bisa menggeser popularitas SpongeBob SquarePants, animasi laris dari Amerika Serikat. Jumlah penonton Upin & Ipin di TV9, sebuah jaringan televisi swasta Malaysia yang berdiri pada 2003, hampir menyamai kartun Jepang yang populer, Doraemon.

Burhanuddin Radzi dan Ainon Ariff di kantor Les' Copaque, pada 2011. (Foto: Les' Copaque)
Kantor Les’ Copaque kian mencolok karena di depan pintunya terparkir Ferrari merah. Siapa saja yang bertandang ke studio Upin & Ipin siang hari itu, Rabu, 29 Juni lalu, akan melihat mobil mewah berlogo kuda jingkrak seharga Rp 4,25 miliar itu di sana. Tiga lelaki menyambut kami—rombongan Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia dan Indonesia—di pintu kantor Les’ Copaque. Mereka necis memakai jas dengan daleman kaus, khas tampilan anak-anak muda profesional sekarang.
Di antara mereka berdiri seorang lelaki beruban. Bersalut jins dan kaus berkerah hitam, ia hanya memakai sepatu olahraga tanpa tali dan kaus kaki. Ia tersenyum karena tak memakai masker. Matanya agak merah seperti baru bangun tidur. “Saya Burhan, selamat datang di Les’ Copaque,” tuturnya. Suaranya tak asing, nadanya pelan dengan cengkok Melayu yang kental.
Di ruang tamu kantor Les’ Copaque, tiga meja sudah berisi penuh hidangan makan siang. Burhan mempersilakan tamu-tamu menyantapnya. Karena kursi di lobi penuh, ia masuk ke ruang rapat. Di sana juga sudah tersedia hidangan. Saya mengikutinya karena penasaran pada suara khasnya. Saya curiga ia salah satu pengisi suara Upin & Ipin.
Menolak memberikan basa-basi yang diminta panitia, Burhan mempersilakan tamu-tamunya langsung makan. Ia sendiri mengambil piring, menyerok nasi, dan ayam goreng kuah asam-pedas. “Ini Pak Haji Burhanuddin, pemilik Les’ Copaque,” ujar Karyabudi Mohamad Aris, International Marketing Manager Les’ Copaque, yang duduk di sampingnya. 
“Saya yang isi suara Tok Dalang,” Burhan menyahut. Nah, benar, kan? Dugaan saya tak salah. Suara Haji Burhanuddin Md. Radzi memang persis suara Tok Dalang, seorang kakek di Kampung Durian Runtuh yang bijak, tinggal sendiri, dan suka bermain dengan anak-anak mengenalkan permainan-permainan tradisional Melayu. Tok Dalang yang arif juga suka mengajak…

Keywords: MalaysiaFilm | Serial TelevisiUpin IpinBurhanuddin RadziPencipta Upin Ipin
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…