Ketika Rendra Remaja Menulis Bunga Semerah Darah
Edisi: 20 Nov / Tanggal : 2022-11-20 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
DI layar, tampak panggung memperlihatkan rumah sederhana, boleh dikatakan rumah kontrakan warga miskin. Perabotnya hanya sebuah dipan serta meja dengan cangkir dan teko. Di dalam rumah, Den Harjo (Tio Pakusadewo) terus saja merayu Mirah (Vonny Anggraini) yang memegang sapu sebagai alat pertahanan diri. Lelaki bertongkat itu berharap Mirah luluh dengan menawarkan sebuah rumah dan kehidupan bergelimang harta yang bisa ia miliki asalkan mau meninggalkan suaminya.
Mirah sudah menunggak uang sewa kontrakan berbulan-bulan. Kondisi pagebluk membuat ekonomi keluarganya makin morat-marit. Penghasilannya makin tak menentu. Ali (Adam Syahel), anak lelakinya, membantunya mencari tambahan pemasukan sebagai tukang parkir. Suami Mirah, Amat (Asrul Dahlan), hanya bisa marah-marah ketika dimintai uang kontrakan. Sudah lama sopir tembak itu enggan menarik angkot.
Kamera merekam adegan di panggung dan suasana di luar panggung layaknya adegan film. Dari suasana rumah kontrakan di panggung yang sangat khas setting teater, penonton diajak mengikuti Ali yang harus beradu nyali mencari lahan parkir. Atau suasana rumah mewah Den Harjo. Di rumah itu Den Harjo seperti tak berdaya, diremehkan oleh istrinya (Maudy Koesnaedi). Tugas Den Harjo menagih uang sewa kontrakan dan mengantarkan Princess, anjing kesayangan istrinya, grooming. Diperlihatkan pula adegan ketika Amat kembali berniat kerja karena suntuk di rumah. Ia mengira istrinya sudah menjadi pacar Den Harjo.
Keluarga Amat dan Mirah jauh dari baik-baik saja. Mirah jatuh sakit. Batuk dan sesak napas berkepanjangan memaksanya terus berbaring. Amat minggat mencari hiburan, Ali ikut mencari penghidupan. Adegan demi adegan ini merupakan bagian dari film teater berjudul Bunga Semerah Darah.
Film yang menggabungkan adegan di panggung dan nonpanggung ini ditayangkan perdana di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat, 11 November lalu. Sebelum pemutaran film, dibacakan sajak-sajak W.S. Rendra oleh para aktor yang terlibat dalam film. Film produksi kolaborasi Borobudur Writers and Cultural Festival…
Keywords: Film, Bengkel Teater Rendra, Teater, WS Rendra, Karya WS Rendra, Tio Pakusadewo, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.