Terobosan Merawat Konsentrasi Anak

Edisi: 11 Des / Tanggal : 2022-12-11 / Halaman : / Rubrik : PDK / Penulis :


DI tengah kegaduhan kelas, Putri Zulzali dengan lantang mengucapkan sebuah kalimat: “kata Parama, duduk yang rapi”. Para murid yang mulanya asyik mengobrol dan bermain langsung duduk rapi sambil melipat tangan di meja. Suasana kelas seketika hening.
Guru kelas I Sekolah Dasar Negeri 34 Cakranegara, Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu lalu mengucapkan angka: 3-2-1. Para siswa dengan sigap berteriak “yes, wuzz, go”. Berhasil mendapat perhatian anak didiknya, Putri lanjut membahas soal matematika yang sebelumnya ia berikan.
Putri kemudian bertanya siapa yang bisa mengerjakan soal di papan tulis. Nyaris semua murid buru-buru mengangkat tangan sambil berteriak “saya, Bu”. “Tadi itu ice breaking. Ketika anak-anak sudah tidak berfokus di kelas, mereka butuh jeda sejenak untuk melanjutkan pembelajaran,” ujar Putri saat ditemui Tempo di sekolahnya pada Senin, 28 November lalu.
Agar anak-anak berkonsentrasi, Putri kerap memberikan berbagai instruksi. Misalnya, ketika dia mengatakan “kata Parama, hormat grak”, para siswa langsung mengangkat tangan di kepala tanda hormat.
Kata “Parama” yang dipakai Putri diambil dari nama seorang siswa di kelasnya. Nama itu dipilih karena Parama siswa yang paling aktif. Saban kali Putri juga meminta murid mengikuti arah spidol yang ia pegang. Spidol itu digerakkan ke kanan, kiri, depan, dan belakang. Badan para siswa bergerak mengikuti arah spidol.
Metode itu diterapkan Putri setelah dia mengikuti pelatihan Guru Penggerak pada 2021. Digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Guru Penggerak merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk mencetak pemimpin pembelajaran yang kompeten dan berkualitas.
Sebelumnya, metode pembelajaran Putri masih klasikal dan belum bervariasi. Ketika masuk program Guru Penggerak angkatan ketiga, ia belajar banyak hal. Salah satunya metode pembelajaran yang berfokus pada anak. “Sebelumnya pembelajaran masih berfokus pada kompetensi kognitif dan afektif, tapi sekarang lebih bervariasi, seperti metode permainan dan pembelajaran sosial emosional anak,” katanya.
Setelah belajar, Putri kerap mempersilakan muridnya mengambil tutup botol air kemasan bergambar emotikon senang dan sedih. Dia selalu mendapat emotikon senang. Jika ada yang memberikan emotikon sedih, Putri bertanya alasannya kepada siswa tersebut. “Ini melatih murid merefleksikan kegiatan belajar yang telah dilakukannya agar terbiasa menyampaikan pikiran, perasaan, dan…

Keywords: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan | KemendikbudGuruMerdeka MengajarKampus MerdekaGuru Penggerak
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14

Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…

S
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16

Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…

T
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16

Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…