Penebar Literasi Indonesia Timur

Edisi: 15 Jan / Tanggal : 2023-01-15 / Halaman : / Rubrik : SOS / Penulis :


PEGIAT literasi dan penulis Nila Tanzil mengenang saat dia melihat sebuah rumah berdinding warna merah jambu dengan halaman luas dan pohon rindang di Kampung Roe, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 13 tahun lalu. Dia tanpa ragu turun dari ojek, lalu masuk ke pelataran dan mengetuk pintu rumah tersebut. Padahal ia tak mengenal siapa pun di desa kecil yang terletak di pegunungan tersebut.
Perempuan 46 tahun ini memang tengah membulatkan hati untuk membangun sebuah taman baca di desa tersebut. Dia mencari sebuah rumah atau tempat yang bersedia menjadi perpustakaan kecil. Pada saat bersamaan, dia pun sedang melobi sejumlah perusahaan percetakan di Jakarta untuk menyumbangkan buku bacaan anak.
Seorang pria asli Flores membukakan pintu dan menyambut ide pembuatan taman baca tersebut. Pria bernama Advent itu ternyata kepala sekolah yang memiliki istri seorang guru. Keduanya bekerja di Sekolah Dasar Katolik Reo—sekolah yang menjadi penyulut keprihatinan Nila terhadap pendidikan dan literasi di Indonesia timur. Tak hanya menyediakan lokasi, dia juga berkomitmen membuatkan sendiri rak buku berbahan kayu.
“Ketika melihat rumah itu, saya langsung membayangkan bagaimana nanti anak-anak Desa Roe bisa membaca buku di pelataran dan halaman rumah. Pasti menyenangkan. Dan semesta mendukung,” kata Nila saat berbincang melalui sambungan video jarak jauh, Jumat, 6 Januari lalu.
Perpustakaan pada rumah dengan kertas dinding bermotif bunga itu adalah Taman Bacaan Pelangi pertama yang berdiri pada 5 Desember 2009. Saat itu Nila berhasil mendapatkan potongan harga sehingga bisa membeli 200 eksemplar buku anak dengan harga Rp 5 juta. Nila mendapatkan beberapa jenis buku, antara lain komik, ensiklopedia, cerita rakyat, dan buku bergambar lain.
Sejak itu, saban siang puluhan anak datang dan membaca buku di lokasi tersebut. “Melihat kegembiraan yang tampak pada wajah mereka, saya makin serius pada gerakan taman bacaan ini,” ujarnya.
Nila pun berhasil mendirikan satu taman baca baru tiap bulan pada tahun pertama. Sebagian besar taman baca didirikan di desa-desa yang berdekatan dengan Kampung Reo. Dia mendapat permintaan bantuan dari orang-orang desa tersebut untuk membuat Taman Bacaan Pelangi di sana.
Saat itu, kata dia, pasokan buku bacaan anak masih sangat terbatas. Dia pun menciptakan sistem untuk merotasi koleksi buku di tiap lokasi ke lokasi lain saban tiga bulan. Harapannya, anak-anak bisa menikmati lebih banyak buku dan tak bosan. Hasrat ingin atau minat baca pun terus terpelihara.
Awal Mula Taman Bacaan Pelangi
Awalnya Nila Tanzil sebenarnya berada di Nusa Tenggara Timur karena mendapat proyek dari sebuah perusahaan. Dia harus menyelesaikan tugasnya tersebut dengan tinggal selama dua bulan di kawasan Labuan Bajo. Konsultan komunikasi ini mengambil pekerjaan tersebut karena merasa bisa bekerja sambil berlibur.
Sebagai pehobi menyelam,…

Keywords: PerpustakaanliterasiBukuNila TanzilTaman Bacaan PelangiBuku Bacaan Anak
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sang Peroboh Menara Gading
2007-11-04

Ia pionir dalam bidang telekomunikasi satelit indonesia. insinyur juga harus pandai berbisnis.

M
Membesarkan Indonesia dengan Musik
2005-07-10

Erwin gutawa adalah musisi cemerlang. jenjang karier sebagai seorang musisi telah lengkap ia lakoni.

M
Menjaga Bali dengan Hati
2005-08-14

Luh ketut suryani terus berikhtiar menjaga bali dari gerusan efek negatif pariwisata. anak-anak korban pedofilia…