Museum Naturalis Leiden, Dubois, Dan Polemik Repatriasi Pithecanthropus Erectus
Edisi: 29 Jan / Tanggal : 2023-01-29 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
MUSEUM Naturalis di Leiden, Belanda, itu tidak tampak sebagai sebuah museum. Menempati gedung hipermodern yang baru dibuka pada 31 Agustus 2019, Museum Naturalis tampak lebih mirip kantor zaman sekarang. Letaknya di sebelah barat Stasiun Leiden Centraal. Begitu masuk, pengunjung melihat sebuah atrium besar. Melalui tangga yang juga besar, pengunjung dibawa menuju ke tujuh tingkat ruang koleksi di sebelah kanan.
Pameran pertama baru terlihat di tingkat ketiga. Di situ terdapat tiga ruangan besar. Yang pertama adalah semacam ruangan garis besar tempat menampilkan pelbagai obyek yang akan bisa dilihat lebih rinci di dalam ruangan di tingkat-tingkat selanjutnya. Ruangan besar kedua berisi binatang zaman sekarang yang telah diawetkan, meliputi hewan darat, udara, dan laut. Yang langsung mencolok mata adalah tampilan binatang besar seperti gajah Afrika atau jerapah yang sedang berupaya berdiri tegak. Ruangan besar ketiga di tingkat ini memamerkan pelbagai binatang purba yang sudah musnah. Bertajuk Dinosauriërs (Dinosaurus), ruangan ini memperlihatkan pelbagai tulang binatang purba yang pernah hidup di bumi.
Eugene Dubois. Museum Naturalis
Tampak menonjol pada ruangan ketiga di tingkat ketiga ini adalah Camarasaurus, jenis dinosaurus yang tingginya mencapai 11 meter, koleksi tertinggi Naturalis, yang hidup sekitar 145 juta tahun silam. Kerangka Camarasaurus yang dipamerkan ini digali di Amerika Utara. Segera terlihat anak-anak ramai meriung di sekitarnya, yang datang bersama orang tua mereka. Pengunjung langsung mafhum, Museum Naturalis ramai didatangi keluarga dengan banyak anak kecil. Inilah perbedaan Naturalis dengan museum-museum lain di Belanda. Naturalis memang dirancang sebagai tempat pelesiran keluarga. Hampir semua ruang pameran memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bermain seraya menambah pengetahuan.
Masih ada satu hal lagi yang istimewa di ruang pameran Museum Naturalis. Di ruangan Dinosaurus, misalnya, terdengar suara binatang purba. Dengan demikian, Museum Naturalis tidak hanya mengandalkan indra penglihatan para pengunjung. Mereka juga ingin melayani indra pendengaran. Terdengar pula suara-suara alam, seperti desir angin dan daun yang tertiup angin. Pameran di museum abad ke-21 memang harus menjangkau sebanyak mungkin indra, meninggalkan kebiasaan lama bahwa pameran di museum hanya terpusat pada indra penglihatan. Walaupun pameran sulit menjangkau segenap pancaindra, di ruangan ini pengunjung masih diberi kesempatan memegang fosil dinosaurus. Kesempatan untuk indra peraba ini tampak dimanfaatkan dengan penuh antusiasme terutama oleh pengunjung anak-anak. Mereka juga diberi tahu fosil itu merupakan bagian tubuh mana dari binatang yang sudah punah tersebut. Tentu saja penjelasan itu tidak terlalu rumit karena terutama ditujukan kepada anak-anak.
Ruangan di tingkat keempat yang berjudul De aarde (Bumi) belum dibuka. Kelak, jika ruangan itu telah dibuka, pengunjung dipersilakan menonton pelbagai aspek bumi, termasuk proses terbentuknya intan. Di tingkat kelima, pengunjung diberi penjelasan yang lebih serius. Terdapat tiga ruangan di tingkat ini: De ijstijd (Zaman Es), De vroege mens (Manusia Dini), dan Evolutie (Evolusi). Hanya ruangan Manusia Dini yang tampak serius, sementara di ruangan Zaman Es dan Evolusi masih terlihat selingan berupa permainan bagi anak-anak. Ruangan Zaman Es menyajikan fosil dan kerangka binatang yang ditemukan di Belanda dan bagian Eropa lain. Terlihat kerangka rusa purba raksasa, setinggi 2 meter lebih, juga mastodon, nenek moyang gajah yang tingginya 3 meter lebih.
Meninggalkan ruangan temaram ini, pengunjung bisa masuk ke semacam ruangan lokakarya yang terang benderang. Di atas meja ruangan itu terlihat banyak tulang dan kerangka. Pengunjung, baik anak-anak maupun dewasa, dipersilakan memegang obyek yang dipamerkan. Mereka, misalnya, bisa menyentuh-nyentuh fosil. Pengunjung pun diberi informasi tentang fosil binatang apakah itu dan kapan kira-kira ia hidup di bumi.
Model manusia Jawa berambut yang dibuat oleh Adrie dan Alfons Kennis yang dibuat berdasarkan fosil bagian atas tengkorak dan tulang paha atas yang ditemukan oleh Eugene Dubois. Museum Naturalis
Di bagian lain terlihat beberapa jenis tengkorak, yakni tengkorak manusia modern, manusia purba, dan kera. Tampak anak-anak memegang-megang tengkorak-tengkorak tersebut dan berusaha menjawab petugas yang menanyakan tengkorak apakah itu. Penjelasan yang tidak begitu rumit juga terlihat di ruangan Evolusi karena di…
Keywords: manusia purba, Fosil Manusia Purba, Pithecanthropus erectus, Museum Naturalis, Eugene Dubois, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…