Seabad Perjalanan Pengintip Angkasa Di Lembang

Edisi: 5 Febr / Tanggal : 2023-02-05 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


OBSERVATORIUM Bosscha sibuk bersolek untuk peringatan seabad berdirinya. Kubah putih yang menjadi ikon tempat itu telah dicat ulang. Cat krem melapisi sekujur dindingnya, sementara interior kubah dipulas warna merah hati. Hari itu, tampak sekelompok pekerja tengah mendandani taman terbuka di sisi Wisma Kerkhoven. Sementara itu, di dalam bangunan lawas tersebut terlihat sekelompok mahasiswa tengah berkumpul mengerjakan tugas di meja panjang, sebagian berada di ruang baca dan bilik lain. Bangunan ini menjadi kampus kedua bagi para mahasiswa jurusan astronomi, khususnya dari Institut Teknologi Bandung.
Selain belajar di kelas laboratorium, kuliah praktik, dan bermagang di sana, mahasiswa terlibat dalam penelitian bersama dosen. “Mahasiswa juga ikut sebagai edukator sains untuk kegiatan yang melibatkan publik,” kata Yatny Yulianti, peneliti sekaligus juru bicara Observatorium Bosscha, Kamis, 19 Januari lalu. Mereka terbiasa menerima kunjungan pelajar dari berbagai sekolah dan kalangan umum yang ingin mengenal astronomi serta berbagai fenomenanya. Pandemi Covid-19 membuat pengelola menutup jadwal kunjungan publik.
Kegiatan dipindahkan ke dunia maya lewat Kelas Daring Astronomi yang bisa diikuti 90 siswa. Materi edukasinya antara lain obyek angkasa, tata surya, galaksi, dan alam semesta. Mereka juga menyiarkan langsung pengamatan virtual langit malam. Misalnya pada saat gerhana bulan total November tahun lalu.
Di lingkungan observatorium yang asri, tenang, dan bersuhu adem itu, para astronom meneliti dalam senyap. “Di luar jam pengamatan, peneliti bekerja mengolah dan menganalisis data serta banyak melakukan diskusi ilmiah,” ujar Yatny. Ketika kebanyakan orang sudah pulas, mereka harus melek sampai pagi. Mochamad Irfan, misalnya, yang mengamati sekitar 100 obyek bintang ganda dengan teleskop refraktor ganda Zeiss di gedung kubah. “Belakangan ini konsentrasinya ke bintang ganda yang anggota bintangnya punya perbedaan terang yang besar,” ucapnya, Senin, 23 Januari lalu.

Pembangunan Observatorium Bosscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sekitar 1920-an/Repro/Tempo/Prima Mulia
Irfan mulai mengintip langit jika cuaca cerah dan tak terganggu cahaya bulan, biasanya pada pukul 20.00-04.00 WIB. Rutinitas ini ia jalani sejak menjadi mahasiswa pada 1994. Jika langit mendung atau turun hujan, ia akan mengerjakan hal lain yang berkaitan dengan pengamatan atau analisis citraan, atau mendidik kader pengamat bintang. “Belakangan saya berfokus pada inovasi dan pengembangan instrumen agar pengamatan bisa lebih baik,” tuturnya.
Observatorium mempunyai lima peneliti berstatus pegawai tetap, empat periset berstatus tenaga kontrak, dan sejumlah pekerja paruh waktu. Mereka memfokuskan penelitian pada bintang ganda, bintang gugus terbuka, eksoplanet, okultasi, dan hilal. Kepala Observatorium Bosscha Premana Wardayanti Premadi mengatakan riset langit umumnya menindaklanjuti temuan sebelumnya oleh peneliti lain. Arah dan topik riset biasanya ditentukan oleh Observatorium dan Kelompok Keahlian Astronomi ITB. “Perkembangan sains di Bosscha utamanya mengamati bintang untuk membuat teori bagaimana suatu bintang bisa berubah dan fenomena lainnya,” kata guru besar astronomi ITB itu di Lembang, Bandung Barat, Senin, 16 Januari lalu.
Riset bintang ganda tergolong klasik sejak observatorium itu didirikan.…

Keywords: Astronomiobservatoriumobservatorium Bosscha
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…