Musik Eksperimental Kita Di Eropa
Edisi: 16 Apr / Tanggal : 2023-04-16 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
PADA Sabtu malam hingga Ahad pagi (1-2 April 2023), klub Arkaoda di Berlin, Jerman, bermandi cahaya kemerahan. Pusat perhatian para pengunjung bertumpu pada dua sosok yang memainkan berbagai peralatan bunyi. Ada yang menghasilkan bunyi secara digital, ada alat tiup yang lebih mirip mainan anak-anak, juga sejumlah alat yang dibuat dari bahan-bahan tak umum seperti pipa paralon dan kantong plastik.Mereka adalah Ariel William Orah dan Mo’ong Santoso Pribadi. Dalam rangkaian acara CODEX CLUB x Arkaoda tersebut, kedua pemusik asal Indonesia ini mengusung konstelasi duo bernama RANGKA. RANGKA tampil memukau penonton dari pukul satu dinihari. Mereka membawakan komposisi eksperimental dan menawarkan pengalaman bunyi yang sulit dikategorikan dalam satu genre yang kaku.Duo RANGKA memang baru berusia beberapa bulan, tapi perjalanan berkesenian Ariel dan Mo’ong sudah cukup lama. Ariel tinggal di Berlin, sedangkan Mo’ong berdomisili di Vilnius, ibu kota Lituania. Sejarah Ariel dengan Jerman berawal pada 2007. Ariel saat itu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, yang terlibat program pertukaran mahasiswa di sebuah universitas di Erfur, kota yang terletak sekitar 300 kilometer barat daya Berlin.Sesudah program di Erfurt selesai, Ariel pulang ke Indonesia untuk menyelesaikan skripsinya. Lulus dari Universitas Padjadjaran, ia bekerja di Bandung lalu Jakarta.“Tahun 2012 saya ‘kabur’ ke Berlin,” ia berkisah. Ariel mendapat beasiswa di Steinbeis University di bidang sustainability. Pada tahun kedua, Ariel juga memperoleh beasiswa untuk mempelajari human-centered design di Hasso-Plattner Institut di Potsdam sehingga ia menjalani dua program ini secara paralel.Di samping kuliah, Ariel berkesenian. Meski tidak pernah mengecap pendidikan seni secara formal, Ariel bermusik sejak masih tinggal di Bandung dan Jakarta. Ia pernah bergabung dalam band bernama Vincent Vega yang mengeluarkan album pada 2008. Di Berlin, ia mulai berkenalan dengan komunitas pelajar asal Indonesia yang berkumpul atas kesamaan minat pada seni alternatif.Pada 2014, salah satu tugas kuliah yang harus ia selesaikan adalah mengorganisasikan sebuah inisiatif nirlaba. Untuk tugas ini, Ariel menggagas gerakan bertajuk Indonesian Initiative atau INN bersama kawan-kawan asal Indonesia yang sedang belajar fashion di Berlin. Pada saat Berlin Fashion Week berlangsung, INN mengadakan event paralel dengan tema slow fashion. “Di situlah saya mulai mengumpulkan teman-teman diaspora Indonesia (di Berlin) untuk membuat event,” Ariel mengenang. “Kami mulai memetakan anak-anak Indonesia di sini sedang belajar apa saja dan melakukan apa saja.”
Kegiatan selama dua hari itu terdiri atas beraneka ragam acara, dari pertunjukan musik, tato, pameran, hingga pemutaran film. Dalam kegiatan pemutaran film, INN bekerja sama dengan PIJAR, sebuah kolektif Indonesia yang memusatkan kegiatannya pada pemutaran film. Selama dua hari itu pula INN menjual hidangan khas Indonesia.Dengan dana yang dikumpulkan secara patungan, mereka menyewa lokasi acara di bilangan Wedding, Berlin. INN juga mendapat sponsor dari sebuah merek pakaian asal Bandung yang mengirim sejumlah produknya untuk dijual pada acara tersebut. Yang menarik, pemasukan terbesar justru diperoleh dari penjualan makanan Indonesia.
Sesudah lulus pada 2017, Ariel terus berkesenian, antara lain dengan membantu…
Keywords: Musik, Konser Musik, Festival Musik, Musikus, Grup Musik, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.