Dari Pameran Foto 25 Tahun Reformas!h In Absentia
Edisi: 21 Mei / Tanggal : 2023-05-21 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
KANTOR Yayasan Riset Visual mataWaktu di ruko sempit ITC Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu malam, 17 Mei lalu, penuh sesak oleh pengunjung. Halaman ruko juga dipenuhi ratusan orang yang menghadiri pembukaan acara pameran dan jejaring bersama bertajuk "25 Tahun Reformas!h In Absentia" yang berlangsung hingga sebulan mendatang. Kebanyakan hadirin adalah seniman, fotografer, mantan aktivis, dan anggota masyarakat yang ingin mengingat peristiwa 25 tahun silam. Salah satunya Nadia Hastarini.
Wajah Nadia masuk jepretan kamera fotografer (almarhum) Julian Sihombing yang tengah dipamerkan. Di kolase foto, ia berdiri berdemonstrasi, tampak menoleh ke sebuah arah. Saat itu ia adalah satu dari ribuan mahasiswa yang menuntut perubahan. Nadia masih ingat hari-hari ia dan kawan-kawannya berdemonstrasi di kampus menjelang peristiwa berdarah kerusuhan Mei 1998. Nadia, yang ketika itu menjadi wakil ketua III dewan mahasiswa di fakultas hukum, kerap tak pulang dan tidur di kampus untuk memikirkan koordinasi pergerakan hingga pecah kerusuhan massal.
Nadia dalam foto karya Julian Sihombing saat demonstrasi Mei 1998, yang dipamerkan dengan tajuk 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Matawaktu, Fatmawati Jakarta. Dok. Matawaktu/25 Tahun Reformas!h In Absentia
“Foto itu jika tak salah beberapa jam sebelum terjadi penembakan Elang dan kawan-kawan,” ujarnya kepada Tempo, mengingat peristiwa 25 tahun lalu. Menurut dia, para mahasiswa sudah hendak bergerak ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat dan mendapatkan izin polisi. “Tiba-tiba saat itu ada peluru tajam berhamburan,” ujarnya. Ia mengumpulkan selongsong peluru dan membawanya sebagai barang bukti.
Nadia Hastarini di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, 17 Mei 2023. Tempo/Febri Angga Palguna
Setelah 25 tahun berlalu, Nadia merasa seperti masih bermimpi. Banyak harapan tinggi, tapi situasi yang ada membuat kecewa. “Kayak baru kemarin saja. Saya prihatin dengan tata kelola pemerintahannya, good governance-nya, kok, malah mundur, bukan sosok-sosoknya,” ucapnya. Setelah Reformasi, Nadia memilih profesi pengacara, tak mengikuti teman-teman seangkatannya yang masuk partai atau menjadi aktivis.
Ada banyak wajah mahasiswa yang difoto closeup, seperti terlihat dalam karya Kemal Jufri. Mantan fotografer Agence France-Presse ini mengambil foto seorang demonstran berkacamata yang tampak ngotot berteriak dengan ekspresi marah di hadapan pasukan polisi yang tak berekspresi. Ia tak ingat lokasi memotretnya, apakah di gedung DPR, Universitas Trisakti, atau Semanggi.
Keywords: Goenawan Mohamad, Gerakan Mahasiswa, Reformasi 1998, Pameran Foto, Aktivis 1998, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.