Diplomasi Repatriasi Benda Bersejarah Dari Belanda
Edisi: 23 Jul / Tanggal : 2023-07-23 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
CUACA cerah melingkupi Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda, Senin pagi, 10 Juli lalu. Udara musim panas terasa sejuk, jelas berbeda dengan cuaca pekan sebelumnya tatkala badai ganas Poly merangsek Belanda. Sebuah mobil besar masuk ke halaman museum. Dari pintu belakang segera keluar Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Dari pintu depan, keluar I Gusti Agung Wesaka Puja, mantan duta besar yang kini menjabat ketua tim repatriasi koleksi asal Indonesia di Belanda. Keduanya dipersilakan masuk museum. Di dalam museum, Hilmar Farid terlihat langsung berjabat tangan dengan Menteri Muda Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Gunay Uslu yang hadir lebih dulu.
Agenda pertemuan para pejabat kedua negara saat itu adalah penandatanganan atas apa yang dalam bahasa Belanda disebut eigendomsoverdracht alias penyerahan hak kepemilikan warisan budaya Indonesia dari Belanda kepada Indonesia. Dengan penandatanganan itu, resmi dimulai proses pemulangan empat koleksi warisan sejarah Indonesia yang selama ini berada di Belanda.
Sejak September tahun lalu, media massa Belanda gencar memberitakan pemerintah Indonesia meminta pemulangan atau repatriasi delapan koleksi milik Indonesia di Belanda. Pemulangan yang mereka sebut dengan istilah “roofkunst” (seni jarahan) ini merupakan topik aktual yang menimbulkan pro-kontra. Bahkan harian berbobot, NRC Handelsblad, melalui Saskia Konniger, korespondennya di Jakarta, memberitakan bahwa Raja Klungkung di Bali tidak tahu-menahu soal permintaan repatriasi keris Puputan Klungkung.
Jelas NRC Handelsblad telah menggeser permasalahan repatriasi warisan kolonial ini dari masalah bilateral Belanda-Indonesia menjadi masalah Jakarta dengan Bali. Walaupun tajuk harian NRC Handelsblad akhirnya mendukung aturan repatriasi pemerintah Belanda, ("Penjarahan Tetap Penjarahan") pemberitaan koresponden ini memberi kesan bahwa, menurut pers Belanda, Indonesia masih belum mampu mengurus diri sendiri.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid (tengah), dan Menteri Muda bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Gunay Uslu (kiri), saat serah terima koleksi artefak kuno bersejarah yang berasal dari Indonesia, di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, 10 Juli 2023. Dok. Joss Wibisono
Tidaklah mengherankan jika pada Senin pagi itu media massa Belanda, baik cetak maupun elektronik, melakukan peliputan optimal. Dalam menyampaikan sambutan sebelum penandatanganan, baik pihak Indonesia maupun Belanda menekankan pentingnya peristiwa ini, bukan hanya bagi kedua negara, tapi juga bagi dunia internasional.
•••
JULI tahun lalu, pemerintah Indonesia meminta pemerintah Belanda mengembalikan delapan koleksi berharga Indonesia. Di antaranya fosil manusia purba Pithecanthropus erectus koleksi Eugène Dubois; koleksi Pita Maha (kerajinan Bali); keris Puputan Klungkung;…
Keywords: Belanda, Benda Purbakala, Hubungan Indonesia-Belanda, Repatriasi, Fosil Manusia Purba, Pithecanthropus erectus, Hindia Belanda, Benda Bersejarah, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…