Dukun Mentawai Dalam Tari Sardono W. Kusumo Di Artjog

Edisi: 3 Sept / Tanggal : 2023-09-03 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


PADA akhirnya, empat "monster" itu memang bagian dari pertunjukan. Deru satu monster itu menggetarkan tubuh-tubuh di panggung; sebuah katastrofe. Awal yang damai, terbatas pada satu bidang teratak, musik yang monoton dari tiga perkusi, suara derap kaki pada teratak, suara-suara hutan, lantunan tembang dalam bahasa yang khas, suara kelintingan, pohon besar bersulur-sulur dengan cahaya merah lampu adalah masa lampau.
Tubuh-tubuh telanjang dada berhiaskan dedaunan tersingkir, terang lampu menyebar memperlihatkan panggung teratak yang meluas; dua teratak memanjang bersilangan dengan teratak awal. Masuk tubuh-tubuh lalu-lalang tak beraturan, dengan gerak masing-masing—kontras dengan tubuh-tubuh awal yang bergerak berirama, teratur, maju-mundur, jongkok, membentuk lingkaran, lalu bergerak berputar. Yang lalu-lalang adalah "orang baru", bertelanjang dada, sebagian menutup dada (penari perempuan)—kostum yang hampir tanpa unsur alam. 
Di pinggir arena pertunjukan, sesosok tubuh masuk dengan memanggul sesosok tubuh lain. Tubuh itu berbelit tambang, lalu sesosok lain berupaya menarik tambang yang membelit itu. Beberapa tubuh bergelantungan pada tali tambang yang diikatkan pada pohon besar di latar panggung teratak.
Tiga perkusi menghilang; bergaung nada yang mirip, datang dari pengeras suara. Beberapa tubuh yang lain bergerak pada empat sepeda motor yang diletakkan "begitu saja". Sepeda motor besar, terasa "asing", tak menyatu dengan segala yang ada, sampai kemudian, tatkala satu di antaranya dihidupkan. Lewat deru itu, properti yang terasa asing ini terbayang bak monster yang menggetar-guncangkan tubuh-tubuh.  Di latar nun "jauh", tampak bangunan museum, juga sebentuk rumah joglo—tempat pameran seni rupa Artjog. Pertunjukan ini adalah bagian dari Artjog, sebenarnya.
Pertunjukan dua malam sekitar sejam di halaman terbuka Jogja National Museum, Gampingan, Yogyakarta, di akhir…

Keywords: Pentas SeniArtJogSardono W KusumoSeni Tari
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.