Pulau Rempang Dalam Manuskrip Sejarah Kerajaan Melayu
Edisi: 1 Okto / Tanggal : 2023-10-01 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
PULAU Rempang bukanlah pulau yang asing dalam sejarah kesultanan di tanah Melayu. Tatkala Kesultanan Melayu Melaka dipimpin Raja Abdulah atau Sultan Mansyur Syah (1458-1477), kerajaan itu memiliki prajurit yang terlatih dan setia yang berasal dari Kepulauan Bintang, Bulang, Pulau Rempang, Galang, Kepulauan Karimun, Kepulauan Lingga, Pulau Tujuh, Riau daratan, pantai timur Sumatera, Kalimantan, Singapura, dan Malaysia kini. Mereka mendiami wilayah di sepanjang Kepulauan Riau dan Selat Melaka.
Ketika Peringgi atau Portugis yang dipimpin Laksamana Afonso de Albuquerque dengan 1.600 serdadu dan 15 kapal besar menyerang kesultanan tersebut pada 1511, mereka tak mudah menaklukkan kerajaan ini. Mereka sampai harus mendatangkan bantuan dari Goa, India. Sultan Mahmud Syah I, sultan terakhir Melaka, kemudian memindahkan pusat pemerintahan yang juga menjadi benteng pertahanan di Bintan (Kerajaan Melayu dulu) yang diperkuat benteng pelindung di Kota Kara. Portugis datang lagi pada 1523 dan 1524. Kara dan Kopak dihancurkan. Sultan Mahmud Syah I bertahan di Pulau Bulang, Rempang, Galang, dan Bintan hingga meninggal di Riau daratan.
Raja Muda Muhammad Yusuf bersama pengikutnya di Kesultanan Riau Lingga, 1867. Dok.KITLV
Setelah kerajaan ini jatuh, berdirilah Kesultanan Johor-Riau pada 1528. Pusat pemerintahannya berada di Hulu Riau (Tanjungpinang) pada 1678. Kerajaan itu dikenal dengan nama Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang. Bangsa Barat pun mendatangi wilayah ini. Saat itulah mulai dikenal istilah bajak laut, istilah negatif yang disematkan Portugis, Inggris, dan Belanda kepada prajurit Melayu. Mereka sesungguhnya rakyat biasa yang terdiri atas orang Melayu (Orang Laut), Orang Lanun, dan suku Laut yang menghuni wilayah Kepulauan Riau, seperti Kepulauan Bintan, Bulang, Rempang, Galang, pulau-pulau di seluruh Batam, Kepulauan Karimun, Kepulauan Lingga, dan Pulau Tujuh, juga pesisir, selat, dan pulau di laut lepas Sumatera timur, Semenanjung Malaysia, hingga Singapura.
Mereka sudah dikenal luas sejak era Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Melaka, hingga Riau-Lingga. Orang Portugis menyebut mereka Celates. Adapun orang Belanda menyebut mereka Slatter, yang berarti "Orang Selat". “Mereka berperan penting dalam menjaga laut, mengusir dan mengacaukan musuh kerajaan (terutama Portugis, Belanda, dan Inggris serta sekutunya),” ujar Abdul Malik, budayawan dan akademikus di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Menurut Abdul Malik, mereka memandu dan mengawal kapal-kapal pedagang yang berbisnis secara resmi ke pelabuhan-pelabuhan kerajaan-kerajaan Melayu. Wilayah operasional yang menjadi tanggung jawab mereka berada di sepanjang Selat Melaka sampai perbatasan Laut Jawa hingga Laut Natuna Utara.
Edisi cetak transliterasi oleh Virginia Matheson Hooker dengan judul Tuhfat Al-Nafis: Sejarah Melayu-Islam.
Abdul Malik menjelaskan, dalam situasi normal, bukan perang, mereka bekerja layaknya rakyat biasa. Mereka menjadi nelayan, pedagang antarpulau (pemasok barang keperluan sehari-hari penduduk), pemandu pelayaran, pembuat senjata, serta pembuat perahu atau kapal tradisional. “Mereka berperan penting bagi Kesultanan Melayu, yakni di bidang pertahanan, keamanan, dan ekonomi perdagangan. Mereka dikenal sebagai pasukan pertikaman atau prajurit terdepan Kesultanan Melayu yang gagah berani dan paling setia kepada raja-raja Melayu.”
Mereka dipimpin oleh panglima dan panglima besar yang umumnya adalah pembesar kerajaan berpangkat laksamana atau pemimpin tertinggi…
Keywords: Manuskrip Kuno, Pulau Rempang, Konflik Rempang, Rempang, Manuskrip Tuhfat Al Nafis, Kerajaan Melayu, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…