Genosida Banda: Narasi Baru Kejahatan Kemanusiaan Jan Pieterszoon Coen
Edisi: 25 Feb / Tanggal : 2024-02-25 / Halaman : / Rubrik : IQR / Penulis :
BERBENTUK kotak, Benteng Nassau masih cukup kokoh berdiri. Benteng peninggalan Belanda ini merupakan benteng yang pertama kali dibangun pada 1607. Berdiri di atas bekas fondasi benteng yang dibangun Portugis, ia tersusun dari batu karang yang menjadi dinding setinggi sekitar tiga meter. Empat gerbangnya menghadap ke selatan. Siang itu tak banyak pengunjung datang, selain masyarakat sekitar. Benteng yang terletak di Desa Nusantara, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, itu tengah direnovasi. Karena itu, pengunjung masuk lewat belakang.
Tak jauh dari Benteng Nassau, hanya berjarak selemparan batu, ada benteng lain yang masih berdiri kokoh juga. Itulah Benteng Belgica. Rahmad, pemuda Banda yang ditemui Tempo, menyebutkan Benteng Nassau tidak seramai Benteng Belgica padahal waktu tempuhnya sekitar lima menit dengan berjalan kaki. Benteng Belgica memang dijadikan tujuan wisata karena lokasinya di atas bukit. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara memilih Belgica yang berbentuk pentagon untuk mengabadikan keindahan tempat itu. Halamannya lebih luas dari Nassau. Benteng Nassau lebih banyak dikunjungi para peneliti yang tengah meneliti sejarah genosida Banda. Benteng itu dijadikan cagar budaya.
Di Desa Nusantara, berjarak 50 meter dari Benteng Nassau terdapat Monumen Perigi Rante. Konon, Perigi Rante merupakan tempat dibuangnya 40 orang Banda. Perigi diresmikan pada 27 April 2003 secara adat. Dua tiang berdiri di antara perigi, yang banyak ditumbuhi belukar dan lumut di mulut sumur. Ada enam pasak tiang setinggi lutut orang dewasa di sebelah kanan dan kiri sumur. Nama-nama tahanan politik Belanda dan 40 orang Banda diabadikan di dinding bagian belakang sumur. Delapan sesepuh menjalani hukuman potong. Lima orang lainnya adalah orang kaya Banda yang lolos bersama 300 orang yang lain. Mereka dijemput dengan kora-kora—sebutan perahu tradisional Banda dari Seram Timur. Kelima orang itu adalah Watimena (Lautaka), Umbaratu (Lonthor), Makatita (Syahbandar Ratu), Ringi-ringi (Selamon), dan Tatu (Ortata).
Garnisun tentara Belanda di Benteng Belgica, pada 1868. KITLV
Bukan hanya Kota Nira, Pulau Banda Besar—tepatnya di Desa Selamon—merupakan lokasi pembantaian. Isra Prasetya Idris, Ketua Perkumpulan Banda Muda (Perbamu) yang juga berasal dari desa itu, menceritakan dulu ada sebuah benteng bernama Selamon. Namun saat ini benteng itu sudah tak dikenali, berubah menjadi rumah warga. “Bangunannya sudah tidak ada lagi,” ucap Isra.
Benteng Selamon Orantata tak diketahui persis lokasinya. Orantata merupakan sebuah tempat yang berada di tengah-tengah Pulau Banda Besar. Lokasi persisnya masih diperdebatkan. Tapi referensi yang ada menyebutkan tempat itu berada di antara Desa Kumber dan Walang. Dalam peta Belanda, Orantata, kata Isra, ditulis “Oer Tatang”.
Di Rumah Budaya Banda Neira, jejak Belanda di Banda masih terpampang. Sembilan lukisan menempel di dinding ruang dalam ruangan utama. Lukisan Jan Pieterszoon Coen dipasang di sebelah kanan pintu masuk bangunan persegi panjang. Lukisan itu bersebelahan dengan lukisan pembantaian orang Banda pada 1621. Di sebelah kirinya terpampang lukisan Pieter Both, mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Di sudut lain di ruangan itu ada lukisan ilustrasi kapal Belanda ketika datang ke Banda.
Di bawahnya terdapat ilustrasi gambar pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh, juga ada peta maritim Banda Neira. Peninggalan lain dari koleksi di Rumah Budaya di antaranya sejumlah lonceng dengan teks Belanda, berbagai jenis meriam mini, alat musik, keramik Tiongkok, dan uang kuno yang dipajang di dalam lemari kaca. Rumah…
Keywords: Belanda, Banda Naira, VOC, Kolonialisme, Genosida, Genosida Banda, Jan Pieterszoon Coen, Marjolein van Pagee, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…