Mengapa Pentas Teater Putu Wijaya Mengusung Teror Mental

Edisi: 24 Mar / Tanggal : 2024-03-24 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


SEORANG pria muncul dari kain layar berkelir hitam. Ia mengerang kesakitan sambil memeluk tubuhnya dengan selembar kain tipis. “Aduh,” pria itu merintih, lalu tergeletak di lantai. Empat orang mengerumuninya dan melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. “Kenapa? Sakit, ya? Sakit apa? Apanya yang sakit? Panas? Masuk angin?” mereka bertanya bergantian. Pria yang tampak kesakitan itu tak menjawab dan terus mengaduh pilu.
Adegan ini adalah bagian dari lakon Aduh, naskah drama yang ditulis pendiri Teater Mandiri, Putu Wijaya, pada 1971. Kamis, 14 Maret 2024, para pemain Teater Mandiri sedang berlatih memainkan lakon Aduh di teras rumah Putu di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Sore itu, dari kursi rodanya, Putu mengamati jalannya latihan tersebut. 
“Sekarang saya sedang menyiapkan pementasan Aduh untuk dimainkan di Salihara pada 11 dan 12 Mei 2024,” kata Putu kepada Tempo di sela-sela latihan.

Pementasan Aduh karya Putu Wijaya oleh Teater Mandiri di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 15 Juli 2011. Dok. Tempo/Muhammad Fadli
Dramawan 79 tahun ini bersama kelompok teaternya menggelar pertunjukan untuk memperingati 50 tahun lakon Aduh, yang pertama kali dimainkan Teater Mandiri di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 1974. Pertunjukan ini menyajikan kisah kemunculan seorang pesakitan yang tidak diketahui identitasnya dan bergabung dengan sekelompok orang yang sedang bekerja. Alih-alih menolong, orang-orang pekerja itu malah sibuk berdebat hingga pria tersebut meninggal.
Di tengah deraan stroke, yang membuat fungsi kaki dan tangan kirinya menurun drastis, Putu masih aktif menyutradarai pertunjukan. Setiap tahun, ia rutin membuat tontonan bersama Teater Mandiri. 
Dedikasi dan kecintaan Putu pada dunia teater telah terpupuk sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Teater pula yang menjadi pilihan kariernya di samping sebagai sastrawan dan jurnalis.

Pementasan Aduh karya Putu Wijaya oleh Teater Mandiri di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 15 Juli 2011. Dok. Tempo/Muhammad Fadli
Terlahir dari keluarga aristokrat Bali pada 11 April 1944, I Gusti Ngurah Putu Wijaya banyak menghabiskan masa kecilnya di Puri Anom, Tabanan, sebuah kompleks perumahan besar yang dihuni sekitar 200 orang. Kehidupannya di puri menjadi salah satu inspirasi dalam menciptakan karya-karyanya, termasuk naskah Aduh. “Memperkaya saya untuk melihat hal-hal kemanusiaan ketika kami berkumpul yang ada hubungannya dengan Aduh,” ujarnya.
Putu menempuh pendidikan taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama di Tabanan. Lulus SMP, ia pindah ke Singaraja dan masuk SMA-A (jurusan sastra), yang kini dikenal sebagai SMA Negeri 1 Singaraja. Daerah Bali bagian utara ini berperan penting membentuk kepribadian Putu, terutama saat menghasilkan karya seni. 
Salah satu pengaruh Singaraja pada diri Putu tampak dalam gaya bicaranya yang kasar. Itu berbeda dengan gaya bicara orang di tempat kelahirannya, Tabanan, yang lebih halus. “Tapi di balik kekasaran itu ada kemesraan,” ucapnya. 
Selain itu, kehidupan di Singaraja mengubah cara pandang Putu terhadap sesuatu sehingga tak lagi menjadi hitam-putih. “Itu sangat penting buat penulisan dan karya-karya kesenian saya,” tuturnya.

Putu Wijaya (kiri) memberi arahan saat latihan Teater Mandiri berjudul Aduh di rumahnya di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 15 Maret 2024. Tempo/M Taufan Rengganis
Saat duduk di SMA, Putu mulai mempelajari seni teater. Pentas pertamanya adalah lakon Badak yang naskahnya ditulis oleh Anton Chekhov, seorang master plot asal Rusia. Kesempatan…

Keywords: Teater SaliharaTeaterPutu WijayaDramawanTeater MandiriTeror MentalBertolak Dari Yang Ada
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…