Dari War Takjil Ke Toleransi: Cara Pemuka Agama Mempromosikan Kerukunan Beragama
Edisi: 5 Mei / Tanggal : 2024-05-05 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
RAMADAN lalu, beredar video yang memperlihatkan seorang perempuan berkerudung tengah membeli jajanan takjil, tapi kemudian ia memperlihatkan sebuah kalung salib di lehernya. Narasi yang dicantumkan, ia nonmuslim (non-Islam atau nonis). Tak lama kemudian, makin banyak muncul unggahan para nonis ikut berjubel memborong sajian takjil. Pendeta Marcel Saerang pun ikut “mengompori” perang takjil ini. Fenomena “war takjil” ini mendapat sambutan positif dan menjadi candaan masyarakat.
Di bulan puasa itu, para nonmuslim pun kecipratan kebahagiaan karena bisa ikut menikmati jajanan takjil. Belum selesai war takjil, muncul “war telur” yang “memanas-manasi” muslim agar memborong telur yang akan digunakan penganut Kristen dalam perayaan Paskah. Mendekati Lebaran, viral pula video seorang bapak-bapak yang ketahuan memborong baju koko, padahal beberapa salib terpasang di dinding rumahnya. Peristiwa ini bergulir dan warganet pun dengan enteng mencandai unggahan demi unggahan tersebut.
Ustad Husein Ja’far bersama selebritas Onadio Leonardo dalam sebuah program siniar membincangkan toleransi. Mengundang Pendeta Marcel dan tamu-tamu lain, mereka membahas toleransi, termasuk soal war takjil dan baju koko ini. Narasi-narasi yang muncul berseliweran di media sosial bagi sebagian orang mungkin sangat receh, remeh-temeh. Tapi justru itulah yang kemudian membuat banyak orang merasa tersadarkan. Perbedaan agama ternyata tak memisahkan atau menabukan sesuatu. Siniar yang ditayangkan sebulan penuh itu mampu menarik jutaan pemirsa, terutama anak-anak muda.
Ustad Husein Ja’far di Jakarta, April 2022. Tempo/M Taufan Rengganis
Bagi Husein Ja’far, apa yang muncul di media sosial tersebut adalah buah yang muncul dari benih yang ditebar bertahun-tahun lalu. Bersama para sahabatnya, Pendeta Yerry Pattinasarany, Bhante Dhira Punno, Romo Bekti, dan pemuka agama lain, Husein Ja’far membuka sekat ruang dialog lintas agama. “Kami dulu memulai diskusi di ruang yang tertutup, berdialog. Mereka bisa tanyakan apa pun, sampai yang masalah sensitif sekalipun,” ujar Husein Ja’far kepada Tempo. Mereka mencoba membuka kesadaran bahwa secara faktual Indonesia adalah negara yang beragam. Hal itu tak terhindarkan. Jika persatuan tidak dirajut, konflik akan terjadi dan keberagaman tersebut tidak disyukuri.
Dalam riset-riset yang ada, konten pro-toleransi, Husein memaparkan, hanya menguasai 20 persen perbincangan di media sosial. Sisanya dibanjiri konten yang tidak mengkampanyekan toleransi. “Jadi saya ambil bagian itu. Saya ikut mengkampanyekan toleransi karena bila hilang akan menjadi ancaman bagi bangsa ini,” tuturnya. Karena itu, toleransi perlu digaungkan terus-menerus dengan cara yang kreatif. Generasi tua mungkin sudah sering mendengarnya, tapi generasi muda belum mengakrabinya.
Ia mengawalinya bersama pemuka agama lain. Ia mengatakan pentingnya kerendahan hati para pemuka agama mayoritas untuk menjadikan minoritas sebagai prioritas. Para pemuka agama mayoritas harus mau mendengarkan dan mengenal mereka secara utuh untuk menghindari stigma dalam perbedaan agama. Tidak mudah mencari tokoh yang mau mendakwahkan toleransi dan menjalani pahit getirnya. Husein Ja’far menemui banyak pendeta, romo, biksu, dan bhante di berbagai tempat. “Orang-orang melihat mereka di layar sudah bisa berbincang dan bercanda. Padahal prosesnya panjang,” ujar Husein Ja’far. Ia menyatakan telah lama berkecimpung dalam isu ini dan memulainya dari dunia tulis-menulis.
Ia bersyukur pada Ramadan lalu semua umat beragama merayakan kegiatan agama secara bersama-sama dengan tenteram. Umat Islam menjalankan puasa, umat Nasrani merayakan Paskah, dan umat Hindu merayakan Nyepi. “Saya bersyukur banget narasi tentang intoleransi enggak ter-highlight, tertutup soal war takjil. Ada peristiwa intoleransi, tapi isunya tidak terlalu muncul,” katanya.
…
Keywords: Ramadan, intoleransi, Toleransi, Toleransi Antar Umat Beragama, Puasa Ramadan, Takjil, War Takjil, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…