Perdagangan Pelacur

Perdagangan Pelacur TIDAK ada yang baru diatas muka bumi dan dibawah atap langit ini. begitu kata pepatah dan pelacuranpun menempati nomor teratas dalam daftar hal-hal yang tidak baru itu. Sedemikian rupa tidak baru hingga pelacuran sudah bagaikan tempojak. makin bulukan makin lemak rasanya. Tapi jelas bukan karena "sex yang diperjual-belikan" yang membuat tempojak pelacuran itu lemak manis adanya. Kenyataan bahwa pelacuran merupakan lapangan kerja yang makin luas dan seakan-akan punya kemampuan tak terbatas untuk menampung perempuan-perempuan muda yang tak beruntung, baik yang belum atau pernah kawin dan perempuan-perempuan begini besar jumlahnya dinegeri ini - itulah yang terutama membuatnya jadi gurih. Indonesia mungkin akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya, kecuali dalam satu hal: pelacuran. Bukan saja "secara resmi' tokoh-tokoh pemerintah dan masyarakat tidak senang pada lapangan kerja ini, tapi setapak lebih jauh mereka berusaha memperkecil dan memencilkanny. Lokalisasi begitulah nama usaha itu telah mulai dilaksanakan di Bangunredjo (Surabaya), Silir (Solo), Sunan Kuning (Semarang), Mandala (Tegal) dan Kramat Tungguk (Jakarta). Pelacuran yang menurut Encyclopaedia Britanica dikatakan sama tua dengan peradaban dan berjalin erat dengan kehidupan kota, pada gilirannya ditindak oleh kota-kota itu, sekarang atau nanti. Tidak peduli apapun alasanya.

Keywords :
Pelacur ,
  • Views :
    725
  • Tanggal Upload :
    08-07-2014
  • Edisi
    28/01
  • Tanggal Edisi
    1971-09-11
  • Rubrik
    Full Edition
  • Copyright
    PT TEMPO Inti Media
  • Subyek
    -
  • Cover Story
    Protes Mingguan Katolik
  • Writer
    -
Perdagangan Pelacur
Rp. 60.000

Arsip Media Lainnya