Data Asumsi Makro Ekonomi Indonsia 2017-2018

 

 

Pasar obligasi (surat utang) juga bergejolak sepanjang tahun 2018. Harga surat utang pemerintah mengalami rekor kenaikan terhebat sejak 2013 dan terendah setidaknya sejak 2016. Yield imbal hasil obligasi seri acuan 10 tahun yang sering menjadi acuan utama pelaku pasar sempat menyentuh level terendah pada 6,06% pada 12 Januari, ketika pelaku pasar global mengalami euforia sentimen perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Sebaliknya, posisi yield tertinggi 2018, yaitu 8,54%, pada 16 Oktober, ketika perang dagang AS-China memanas. Posisi itu menjadi yang tertinggi sejak angka yield tenor yang sama menyentuh 8,57% pada 21 Januari 2016.

 

Dana global (hot money) semakin menjauh dari instrumen tinggi return sekaligus tinggi risiko seperti pasar surat utang negara (SUN) negara berkembang, termasuk Indonesia. Relatif tingginya porsi kepemilikan asing membuat pasar SBN Indonesia masih sangat rentan gejolak. Investor asing menguasai 37,72% dari total Rp2.368 triliun SBN beredar.

 

Keputusan pemerintah memastikan tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak hingga 2019 membuat indeks harga konsumen/inflasi cenderung melandai di level 3%. Namun, pengaruh eksternal tersebut membuat tingkat suku bunga masih relatif tinggi meskipun inflasi stabil di tingkat yang rendah.

 

 

Kondisi	31 Desember 2018		31 Desember 2017
	Realisasi	RKA
BI Rate/BI 7 Days Repo Rate	6,00%	4,00-450%	4,25%
Inflasi	3,10%	4,5% (+/-1%)	3,61%
Yield Obligasi	8,00%	6,50-7,50%	6,00-6,25%
Kurs Rupiah/US$	Rp14.380	Rp13.500-14.500	Rp13.568
IHSG	6.194	6.000-6.500	6.355

Sumber: BI, BEI, Kemenkeu

oleh: Agus Supriyanto

---

Special Reports: