Komik Hiburan di Hutan Jati

Edisi: 19/31 / Tanggal : 2002-07-14 / Halaman : 64 / Rubrik : INVT / Penulis : Wicaksono

DALAM hamparan kuning di atas keluasan tak bertepi, ribuan manusia itu mirip iring-iringan semut. Seirama dalam kayuhan pedal sepeda, mereka meluncur ke tanah pertanian, bengkel baja, pabrik garmen, ruang-ruang cuci raksasa, area peternakan sapi dan unggas, dan pabrik mebel. Naiklah ke lantai teratas hotel mewah bertingkat enam di kompleks itu. Maka panorama di bawah seakan membiaskan keindahan sebait prosa liris: dalam selubung cahaya pagi yang menerobos jutaan daun jati emas yang menghijau, barisan manusia itu seakan cuma mozaik kecil dari satu raksasa yang menderum di tengah kesenyapan Haurgeulis.

Di atas peta Jawa Barat, Haurgeulis hanyalah titik yang tak dikenal. Tapi, di tangan Syekh A.S. Panji Gumilang, kota kecil yang meranggas di musim kemarau itu melahirkan Al-Zaytun. Dibangun di tengah area persawahan pada 1996, Ma’had (Pesantren) Al-Zaytun adalah bayi ajaib yang tumbuh dengan kepesatan yang mencengangkan. Dan silakan lihat hasilnya.

Orang tua dari seantero Indonesia mengirimkan anak-anaknya ke sana. Dari Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Australia, para remaja mengetuk gerbang Al-Zaytun guna menuai ilmu dunia-akhirat. Cuma dalam waktu enam tahun, Panji menekuk kebesaran pesantren mana pun di Asia Tenggara. International Accreditation and Recognition Council (IARC), yang berkedudukan di Australia, memberinya sertifikat bintang empat, sebuah penghargaan internasional di bidang pendidikan.

Daya tarik Al-Zaytun tidak hanya terletak pada materi pendidikannya. Seluruh infrastruktur yang melengkapi pesantrennya hanya mungkin dirancang oleh otak cemerlang, ambisi yang besar, dan kemahiran menggalang dana tanpa tanding.

Diresmikan oleh mantan presiden Habibie pada 27 Agustus 1999, Al-Zaytun kini memiliki 5.300 siswa dari Indonesia dan mancanegara. Untuk masuk ke sana, setiap calon murid harus hafal Juz Amma selain…

Keywords: -

---

Foto Terkait