Maut Mengintai Di Jalur Besi

Edisi: 49/30 / Tanggal : 2002-02-10 / Halaman : 55 / Rubrik : INVT / Penulis : Wicaksono


SEBUAH surat elektronik masuk ke mailing list Kereta Api—Railways and Trains in Indonesia, yang beralamat di http://groups.yahoo.com/group/keretapi. Si pengirim menyebut adanya pelesetan baru. PT KAI itu singkatan Perusahaan Tabrakan Kereta Api Indonesia…. Namanya juga pelesetan, maksudnya cuma berkelakar. Guyon. Tapi boleh jadi hal itu menggambarkan penilaian masyarakat pada PT Kereta Api Indonesia, perusahaan pengelola jasa angkutan kereta api satu-satunya di negeri ini. Mungkin mereka jengkel karena kereta api kian sering tabrakan belakangan ini.

Coba simak data berikut. Tahun lalu, hanya dalam tempo tiga bulan, terjadi dua tabrakan kereta. Empu Jaya menumbuk Cirebon Ekspres pada 2 September. Tiga bulan kemudian, persisnya pada 25 Desember, giliran Empu Jaya menggasak Gaya Baru Malam di Stasiun Ketanggungan Barat, Brebes, Jawa Tengah. Bila ditotal, frekuensi kecelakaan kereta api yang terjadi sepanjang 2001 mencapai 72 kasus. Kalau dirata-rata, berarti setiap lima hari sekali terjadi satu kali kecelakaan. Angka rata-rata itu makin menyeramkan pada tahun-tahun sebelumnya: nyaris terjadi satu kecelakaan tiap dua hari sekali (lihat Yang Celaka di Jalur Besi).

Kecelakaan kereta api bukan cuma membuat nyawa manusia melayang. Rupiah juga ikut terbang. Jumlahnya tak main-main. Sebagai gambaran, akibat tabrakan kereta api antara KA Empu Jaya dan lokomotif Cirebon Ekspres di Stasiun Kejaksan, Cirebon, 2 September 2001, perusahaan milik negara itu merugi Rp 5 miliar. Ketika Argo Gede anjlok di Sulukuning, Mekargalih, Purwakarta, pada 13 Oktober 2001, kerugian ditaksir mencapai Rp 300 juta. Seandainya kerugian akibat setiap kecelakaan itu dirata-rata Rp 1 miliar, berarti tahun lalu saja PT KAI telah kehilangan Rp 72 miliar. Padahal target laba pada tahun yang sama cuma Rp 7,5 miliar dari total pendapatan Rp 2,2 triliun.

Pantas saja jika musibah kereta api mendapat perhatian. Angkutan massal ini menjadi alat transportasi yang bukan saja sulit diganti. Kereta yang bergandeng-gandeng ini juga punya daya angkut tinggi dan lebih ekonomis (baca: lebih murah, terutama bagi rakyat kebanyakan yang mampunya pakai kelas ekonomi) dibandingkan dengan misalnya pesawat terbang atau bus umum. Selain itu, kereta api dianggap sebagai salah satu angkutan yang relatif aman daripada kendaraan umum lain, karena punya jalan tersendiri, punya lintasan rel khusus. Mengapa sekarang justru terkesan naik kereta api itu malah mudah celaka?

Fakta menunjukkan, lalu lintas kereta api kian padat sejak 1998. Setelah krisis ekonomi mengamuk pada 1997-1998, banyak penumpang pesawat yang beralih menggunakan kereta. Peningkatan frekuensi lalu lintas kereta api bisa dilihat dari jumlah layanan perjalanan. Jurusan Bandung-Jakarta, yang dulu hanya dilayani 12 perjalanan kereta api Parahyangan, misalnya, kini sudah menjadi 20 perjalanan. Itu pun masih ditambah dengan layanan kereta api kelas eksekutif Argo Gede, dengan tingkat okupansi 70…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.