Tragedi Santet Banyuwangi: Menguji Bukti Baru

Edisi: 45/30 / Tanggal : 2002-01-13 / Halaman : 53 / Rubrik : INVT / Penulis : Wicaksono


"KILLING FIELDS" yang ini bukanlah yang Anda kenal lewat novel dan film yang terkenal itu. Wilayah yang terdiri dari Banyuwangi, Jember, Situbondo, Probolinggo, Bondowoso, dan Pasuruan di Jawa Timur—dikenal sebagai kawasan Tapal Kuda karena di peta berbentuk "u" menyerupai tapal kuda—ini layak mendapat julukan yang sama dengan Kamboja, setelah serangkaian pembunuhan misterius terjadi di kawasan ini sepanjang 1998. Korbannya, mereka yang dituduh sebagai dukun santet. Data Kepolisian Daerah Jawa Timur menunjukkan, sejak Januari sampai Oktober tahun itu 170 orang telah terbunuh, 14 luka berat, dan 17 luka ringan gara-gara tuduhan itu.

Anehnya, setelah lebih dari tiga tahun berlalu, tragedi pembunuhan itu masih berselimut teka-teki. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa dalangnya? Benarkah para politisi Jakarta berada di balik aksi itu sebagaimana dilontarkan oleh tokoh-tokoh nasional seperti ketua umum organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU) Abdurrahman Wahid dan Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais waktu itu? Atau, aksi itu sebetulnya rekayasa militer untuk menciptakan situasi kekacauan di Jawa Timur setelah Soeharto lengser? Benarkah tujuannya menggoyang kongres PDI Perjuangan pimpinan Megawati Sukarnoputri di Bali, yang cuma berjarak setengah jam naik feri dari Banyuwangi? Jangan-jangan isu dukun santet cuma kambing hitam dari sebuah kampanye terselubung untuk memojokkan kekuatan-kekuatan politik pasca-Orde Baru di kawasan yang menjadi basis Islam itu.

Semuanya masih serba tanda tanya besar. Tak ada kesimpulan meyakinkan yang bisa dijadikan pegangan, sampai kini. Sampai akhirnya Douglas Kammen, peneliti dari Universitas Cornell, Ithaca, Amerika Serikat, dan dosen tamu Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, menyodorkan temuan mengagetkan. Setelah meneliti lebih mendalam, Kammen mengatakan bahwa fenomena pembunuhan itu ternyata berlatar belakang ekonomi semata. Korban sebenarnya bukan dukun santet, melainkan para tuan tanah. Kesimpulan ini merupakan temuan baru dan sama sekali berbeda dengan yang pernah berkembang selama ini.

Kammen melakukan penelitian lewat analisis media massa dan empat kali turun lapangan. Laporan penelitian yang diberinya judul Pembantaian: Land, Kyai, and Collective Murder in Java tersebut kemudian disampaikan di depan sejumlah akademisi dan aktivis LSM dalam acara diskusi "Kekerasan dan Media Massa" di Surabaya, Juli silam.

Penelitian bermula dari pertanyaan sederhana: mengapa pemberitaan pada September sampai Oktober 1998 mengenai pembunuhan dukun santet sangat aneh? Awalnya disebutkan orang kampung yang baik membunuh tukang santet yang jahat. Dalam beberapa minggu, polanya berubah: orang-orang jahat yang disebut "ninja" membunuh guru agama yang baik. Pada 1999, polanya berubah lagi: "ninja" membunuh "dukun santet"—yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.