Dicky Iskandar Di Nata: "Saya Diperas Tiga Miliar Lebih"

Edisi: 19/28 / Tanggal : 1999-07-18 / Halaman : 45 / Rubrik : INVT / Penulis : Dharmasaputra, K.


HUKUM di negeri ini sudah jadi semacam komoditas yang bisa diperdagangkan. Harganya pun selangit, mencapai miliaran rupiah. Kesaksian Dicky Iskandar Di Nata, 48 tahun, mantan wakil direktur utama Bank Duta, mengukuhkannya. "Total jenderal, saya diperas tiga miliar rupiah lebih," katanya.

Nama Dicky mencuat di tengah geger Bank Duta pada akhir 1990. Saat itu ia didakwa telah merugikan negara US$ 419 juta (Rp 780 miliar) akibat kenekatannya bermain valuta asing. Tak kurang, Soeharto, presiden waktu itu, pun turun tangan. Pemilik utama bank ini tak lain adalah ketiga yayasannya: Dharmais, Supersemar, dan Dakab.

Atas perintah Soeharto, Dicky diseret ke sel Kejaksaan Agung pada 13 September 1990, sebelum akhirnya divonis delapan tahun kurungan. Di sinilah ia mengalami langsung betapa proses peradilan Republik telah beralih rupa menjadi ajang pemerasan. Kesaksiannya ini menggarisbawahi pengakuan serupa dari sejumlah bankir dan pengusaha yang menolak disebut jati dirinya.

Dengan nada berat, sambil kerap menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum kecut, Direktur Utama PT Matahari Lintas Cakrawala (perusahaan televisi kabel Indovision) itu menuturkan pengalaman getirnya kepada wartawan TEMPO Karaniya Dharmasaputra dan Wenseslaus Manggut. Berikut petikan wawancaranya yang telah disarikan.

Waktu itu saya langsung ditahan di Gedung Bundar. Sejak awal, saya sudah jadi komoditas. Dan, gilanya, setiap tahap proses hukum dijadikan ajang pemerasan. Pertama, saat menentukan apakah saya ditahan atau tidak. Ketika sudah pasti ditahan, penangguhan penahanan adalah komoditas berikutnya. Dan itu tergantung seberapa besar kita sanggup membayar.

Sebenarnya, karena saya ditahan langsung atas perintah RI Satu (Soeharto), sulit bagi jaksa memperjualbelikan kedua tahap itu. Tapi, mereka tetap memberi iming-iming. Gebleknya, saya kok masih percaya. Cuma, perlu diketahui, dalam posisi begitu terjepit, sekecil…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.