Cara Mengakali Armada Bekas Jerman

Edisi: 02/27 / Tanggal : 1998-10-19 / Halaman : 74 / Rubrik : INVT / Penulis : Kleden, Hermien Y.

NAMANYA saja kapal "setengah tua". Jadi, jangan kaget jika
kondisi deknya mirip tempat sampah. Kardus dan plastik bekas
berserakan. Karat besi tampak di mana-mana. "Sungguh
mengharukan," ujar salah seorang anggota tim dari Jakarta saat
pertama kali "menjenguk" armada kapal perang bekas Jerman di dok
Peneemunde Wolgast, Jerman Timur, pada 1992.

Kapal jenis kondor malah nyaris dipotong-potong untuk di
jadikan besi tua. Badan kapal rusak berat, berkarat. Mesinnya
mati. Waktu meninjau Kepala Staf Angkatan Laut (saat itu)
Laksamana Tanto Koeswanto sempat bergurau kepada anak buahnya,
"Awas, nanti kau tetanus." Tanto pasti prihatin melihat "kapal
jompo" yang disiapkan sebagai pengganti 42 kapal perang TNI-AL
(dari 93 armada) yang sudah uzur.

Badan kapal lalu dipermak, disesuaikan dengan kondisi "lokal".
Semula, kapal didesain untuk beroperasi di kawasan Baltik yang
dingin dan berudara kering. Jadi, penyejuk udara (AC) tidak
diperlukan. Yang tersedia justru penghangat. Sedangkan di
perairan Indonesia yang beriklim tropis, AC menjadi keharusan.
Juga harus ada dapur yang siap menyajikan masakan selera
"Melayu", termasuk gudang makanan yang besar.

Daya jelajah kapal yang terbatas juga harus "diakali". Seorang
perwira menengah AL, anggota satuan tugas perbaikan,
menjelaskan, kapal itu sebenarnya tidak cocok dengan kondisi di
perairan Nusantara dengan 17 ribu pulau. Sebab, kapal eks Jerman
Timur ini paling…

Keywords: -

---

Foto Terkait