ANDRZEJ NUSANTARA WAWRZYNIAK: Bung Karno Mendorong Saya Mengoleksi Benda Seni

Edisi: 26/42 / Tanggal : 2013-09-01 / Halaman : 54 / Rubrik : MEM / Penulis : Elik Susanto, ,


Pria tua itu duduk menunggu di gazebo sudut taman kompleks Museum Asia dan Pasifik di Jalan Solec 24, Warsawa. Ketika Tempo mengucapkan selamat pagi, dijawabnya dengan spontan, \"Selamat siang. Ini sudah siang.\" Andrzej Wawrzyniak, nama laki-laki itu, mengoreksi kesalahan pengucapan salam.

Saat itu, Selasa, 2 Juli, jarum jam menunjukkan pukul 11.30. Tempo bersama beberapa wartawan menemui Andrzej, yang duduk di kursi kayu panjang ruang gazebo berhiaskan lampion. Dia mencoba memandangi wajah tamunya satu per satu. Rupanya tidak ada satu pun yang dikenal. \"Terima kasih mau datang ke sini,\" katanya sambil menyorongkan tangan kanannya untuk bersalaman.

Setelah basa-basi, Andrzej langsung mengajak ngobrol tentang museum yang sedang dibangun dan memperlihatkan koleksi keris yang ditaruh di atas meja. Setumpuk katalog dalam dua bahasa—Inggris dan Polandia—disiapkan.

Dia sangat hafal setiap bentuk keris yang tersusun rapi dalam kotak kayu dan berselimut kain beludru itu. \"Keris koleksi saya yang paling tua dari zaman Majapahit. Itu pemberian Bung Karno dua minggu sebelum meninggal,\" tutur lelaki berewok yang seluruh rambutnya berikut kumis dan jenggot lebatnya sudah memutih itu.

Selain menjadi kurator, di museum ini dia dinobatkan sebagai direktur seumur hidup. Bahasa Indonesia Andrzej cukup fasih walau terkadang ia lupa menyebutkan satu-dua kata karena lama tidak diucapkan. \"Sudah 40 tahun tidak praktek bahasa Indonesia. Di sini tidak ada lawan yang bisa saya ajak bicara (berbahasa Indonesia),\" ujar Andrzej, yang kerut mukanya menampakkan uzur.

Berikut ini cerita Andrzej saat ditemui pada awal Juli lalu. Wawancara dengan Tempo dilanjutkan melalui surat elektronik.


1 1 1
Sudah tiga bulan saya tergeletak di rumah sakit. Sebenarnya dokter melarang saya pergi. Hari ini (Selasa, 2 Juli) saya minta izin keluar dari ruang perawatan karena ada orang Indonesia datang ingin bertemu. Setelah ini saya harus kembali ke rumah sakit. Insya Allah, kalau penyakit gula (diabetes) sembuh, saya akan ke Indonesia lagi.

Sewaktu di Jakarta, rumah saya dekat dengan tempat tinggal Menteri Pringgodigdo (Abdoel Gaffar Pringgodigdo, Menteri Kehakiman yang menjabat pada 21 Januari-6 September 1950) di Jalan Teluk Betung, Menteng. Ibu Pringgodigdo (Nawang Hindrati) ahli dalam urusan benda seni, terutama keris. Koleksi pusakanya banyak.

Hampir tiap bulan saya bertemu untuk berdiskusi dengan Ibu Pringgodigdo. Dia selalu menunjukkan keris-keris barunya kepada saya. Di sini saya belajar tentang kebudayaan Indonesia. Mengenali benda budaya yang antik dan unik merupakan kegemaran saya. Pengalaman bertemu dengan Ibu Pringgodigdo sangat membantu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kisah Seputar Petisi 50
1994-02-05

Memoar ali sadikin. ia bercerita panjang mengenai petisi 50 dan sisi-sisi kehidupannya

K
KIAI HAJI ALAWY MUHAMMAD: TAK MUDAH MELUPAKAN KASUS NIPAH
1994-05-28

Kh alawy muhammad, 66, tokoh ulama yang menjadi mediator antara pemerintah dan rakyat ketika terjadi…

A
Anak Agung Made Djelantik: Dokter yang Giat Mengurusi Seni
1994-04-09

Memoar anak agung made djelantik, perumus konsep dasar seni lukis bali. ia pernah menggelar festival…