Padri Yang Menolak Pensiun
Edisi: 18/46 / Tanggal : 2017-07-02 / Halaman : 98 / Rubrik : MEM / Penulis : Nur Alfiyah, Pramono,
Saya lahir pada 17 Juli 1929 di kota kecil Coesfeld, Jerman, dekat perbatasan dengan Belanda. Saya anak pertama dari delapan bersaudara buah perkawinan Franz Heuken dan Clara Heuken. Orang tua memberi nama saya Adolf KarlFranz Heuken. Saya tak pernah menggunakan nama lengkap dan selalu memperkenalkan diri sebagai Adolf Heuken.
Ayah saya guru sekolah dasar yang kemudian menjabat kepala sekolah, sedangkan ibu mengurus rumah tangga. Kami sekeluarga tinggal di Mnster, tempat ibu saya berasal. Kotanya tenang, penduduknya hanya sekitar 300 ribu jiwa. Di dekat rumah kami ada hutan, tempat saya dan adik saya, Sebastian Heuken, dan teman-teman bermain perang-perangan dengan saling melempar rumput lebat. Saya dekat dengan Sebastian, yang lebih muda setahun. Saya menunda masuk sekolah dasar agar bisa sekelas dengannya.
Perang Dunia Kedua meletus saat saya berusia 14 tahun. Ayah terpaksa menjadi tentara karena kalau tidak dia bakal ditembak. Dia tak pernah diterjunkan ke garis depan. Saya dan Sebastian beruntung karena usia kami belum cukup untuk dipaksa masuk menjadi tentara. Banyak kakak kelas saya dipanggil menjadi tentara dan tewas. Kalau saya dulu tidak menunggu Sebastian selama setahun, bisa jadi saya bernasib sama.
Perang mengancam hidup kami. Beberapa kali bom jatuh di dekat rumah dan sekolah. Selepas sekolah, tentara datang dan menyuruh kami…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kisah Seputar Petisi 50
1994-02-05Memoar ali sadikin. ia bercerita panjang mengenai petisi 50 dan sisi-sisi kehidupannya
KIAI HAJI ALAWY MUHAMMAD: TAK MUDAH MELUPAKAN KASUS NIPAH
1994-05-28Kh alawy muhammad, 66, tokoh ulama yang menjadi mediator antara pemerintah dan rakyat ketika terjadi…
Anak Agung Made Djelantik: Dokter yang Giat Mengurusi Seni
1994-04-09Memoar anak agung made djelantik, perumus konsep dasar seni lukis bali. ia pernah menggelar festival…