AIB-AIB DI GEDUNG PUTIH

Edisi: 25/18 / Tanggal : 1988-08-20 / Halaman : 51 / Rubrik : NB / Penulis :


Orang sudah ramai meramal siapa yang nanti mengurus warisan kepemimpinan Ronald Reagan, Presiden Amerika Serikat. Apa yang pernah diperbuatnya kini mulai diungkit-ungkit -- khususnya yang membuat namanya bisa cacat. Bukan cuma Reagan yang diperlakukan seperti itu, juga para pendahulunya.

Penerbit Balantine Books memanfaatkan situasi ini dengan menerbitkan buku Shelley Rose yang berjudul Fall from Grace, 1988. Di dalamnya penuh dengan seluk-beluk skandal para presiden negeri superkuat itu, dari zaman Roosevelt sampai pada masa Reagan, dari kisah asmara sampai Iran Contra.

Asmara seorang presiden tak pernah tak menarik, apalagi yang menyangkut soal-soal yang memalukan. Cerita semacam itu mulanya banyak terbendung karena berbagai alasan. Toh pada akhirnya ia mengalir juga bagai air bah Amerika tak mengenal ampun untuk membeberkan segala aib pemimpinnya.



Kisah Cinta yang tak Terlupakan

Roosevelt

BANYAK sekali yang ditelurkan oleh kepresidenan Franklin D. Roosevelt (FDR). Ia berhasil melompatkan Amerika Serikat keluar dari lubang kesengsaraan yang diwariskan masa depresi 1930-an, dengan programnya yang kondang dengan nama New Deal. Dengan bendera tersebut ia telah berhasil mewaraskan keuangan, membagikan pekerjaan, dan menyuapi golongan miskin. Di bidang diplomasi inilah presiden Amerika pertama yang menyapa kembali Uni Soviet sejak Revolusi Oktober 1917. Namun, lebih penting dari semuanya itu, dialah orang yang menggem balakan Amerika ketika negeri itu memasuki Perang Dunia II.

Eleanor Roosevelt, istri FDR, juga seorang pemimpin di bidangnya. Ia salah seorang pendukung pertama hak-hak sipil golongan minoritas kulit hitam. Ketika organisasi Daughters of American Revolution (DAR) menolak izin pertunjukan Marian Anderson, seorang penyanyi kulit hitam, di Balairung Konstitusi, ia kontan menanggalkan keanggotaan DAR-nya, sebagai protes. Toh ada beberapa pertanyaan. Di balik pintu rumah pasangan yang populer itu, betapa jauh sebenarnya kemesraan mereka sebagai suami-istri, mengingat hubungan FDR dengan beberapa wanita lain.

FDR menyunting Anna Eleanor Roosevelt pada 17 Maret 1905. Keduanya masih bertalian darah -- walaupun sangat jauh -- sama-sama punya kaitan dengan Presiden Theodore Roosevelt. Pada tahun-tahun pertama perkawinan mereka, Eleanor masih tampak sebagai gadis pemalu. Ia selalu memilih tinggal di rumah, bahkan menurut kabar burung ia dicekoki ibu mertuanya. Begitu berbeda dengan sifatnya pada tahun-tahun kemudian, tatkala ia mendapat julukan "Wanita Utama Dunia".

Lompatan Eleanor menjadi wanita baja yang mandiri itu dimulai pada 1918. Sejak ia mencium asap affair suaminya dengan Lucy Page Mercer, sang sekretaris. Ketika FDR selaku Sekretaris Angkatan Laut pada masa itu, pulang dari perjalanan di Eropa, ia mengidap pneumonia. Eleanor, yang memeriksa surat-surat FDR, tiba-tiba menemukan setumpuk surat-surat cinta yang ditulis Lucy. "Bumi tempatku berpijak tiba-tiba saja ambruk," kutip Joseph P. Lash, penulis biografi Eleanor. "Untuk pertama kalinya aku berhadapan dengan duniaku kesetiaanku, kejujuranku, keadaan sekelilingku, dan lain-lain lagi. Tahun itu aku menjadi dewasa."

Peristiwa bersejarah itu untuk pertama kalinya dibeberkan oleh putranya, Elliot Roosevelt, pada 1973. "Ketika Ibu menciumku untuk mengucapkan selamat malam, tiba-tiba saja beliau menangis di bantalku. Aku tak pernah melihatnya menangis seperti itu. Tak lama kemudian aku tahu itu awal percintaan Ayah dengan Lucy. Ibu memandang itu sebagai krisis yang dapat menghancurkan perkawinaan dan ia tak berdaya untuk mengatasinya."

Menurut beberapa sumber, Eleanor menawarkan perceraian. Tapi FDR menolaknya. Bukan hanya dengan dalih cinta pada anak-anak, tapi juga ada perhitungan lain. Pertama, dominasi ibu FDR yang menguasai pundi-pundi keuangan keluarga. Wanita itu mengancam tak sudi membantu secara finansial kalau FDR tak menendang Lucy. Kedua, fakta yang juga amat kuat, Lucy ternyata pemeluk teguh Katolik. Ia takkan kawin dengan seorang duda. Dan ketiga barangkali juga yang terpenting, adalah perhitungan politik. FDR sadar, perceraian berarti "bunuh diri politik". Atas dasar semua itu akhirnya ia setuju untuk menyalakan kembali hubungan baik dengan istrinya.

Badai Lucy Mercer tidak berhasil menghancurkan perkawinan FDR-Eleanor, tapi perubahan drastis terjadi. "Sepanjang sisa hidup Ayah dan Ibu, tak pernah muncul kemesraan suami-istri," kata Elliot Roosevelt. "Yang tersisa adalah persahabatan. Kemitraan itu berlangsung terus sampai akhir hayat keduanya yang makin lama kian mengental. Cinta dibenam makin dalam, bukan dalam wujud, tapi rasa."

FDR berhasil mengikis Lucy dari sisinya. Namun, kemudian ia beralih ke wanita lain. Kali ini sasarannya Marguerite Alice LeHand yang dikenal sebagai Missy. Mereka berkenalan pada 1920, dalam kampanye pencalonan FDR sebagai wakil presiden Partai Demokrat mendampingi James M. Cox melawan Warren Harding. Missy adalah petugas kampanye Partai Demokrat di kantor pusat Washington. Meskipun FDR akhirnya kalah, ia berhasil menggondol seorang pendamping dan sekretaris baru. Selama 20 tahun berikutnya, Missy mengikuti FDR dengan setia.

Tak terungkap persetujuan apa yang ada di antara FDR dan Eleanor. Yang jelas, FDR tak pernah menyembunyikan kehadiran Missy, sementara Eleanor seakan menerima saja Missy sebagai gundik suaminya. Seperti diungkapkan oleh Elliot, bukan barang aneh lagi, Missy adalah bagian dari hidup ayahnya. Tapi bahwa ibunya mengetahui semuanya, dan menerima Missy sebagai bagian kehidupan keluarga, memang sempat membuatnya takjub.

Hubungan FDR dan Missy bersemi sejak 1921, saat kehidupan politik FDR terputus sementara karena ia menderita polio. Missy tak pernah beranjak dari sisi FDR selama menjalani pengobatan hidroterapi. Ia jadi mitra berenang, pelipur, dan pengobar semangat. Sulit menebak di mana Missy dan FDR mulai memadu asmara. Kalangan yang dekat dengan Presiden menyebut Warm Spring (di Negara Bagian Georgia), tempat FDR menjalani hidroterapi, merupakan tempat mereka biasanya berduaan.

Selagi FDR membenam perhatiannya pada Missy, Eleanor lebih banyak menggauli wanita daripada pria. Dua orang wanita ketahuan pindah ke rumah Eleanor yang khusus dibangun oleh FDR. FDR menyebut kedua wanita itu sebagai "perempuan yang kelaki-lakian". Yang pertama adalah Nancy Cook, ketua bagian kewanitaan Partai Demokrat. Ia dikenal umum lantaran kebiasaannya mengisap cerutu, memotong rambutnya demikian pendek seperti laki-laki, dan punya hobi membuat perabotan rumah. Wanita lainnya adalah Marion Dickerman, yang mengusahakan sekolah swasta tempat Eleanor mengajar. Tapi hubungan Nyonya FDR dengan kedua wanita itu tak seseru hubungan Eleanor dengan Lorena Hickok yang dikenal dengan julukan "Hick".

Eleanor berjumpa dengan Hick untuk pertama kalinya pada 1932, ketika FDR berkampanye sebagai calon presiden. Hick selain pencandu cerutu adalah reporter Associated Press yang meliput kampanye FDR. Menurut teman-temannya, Hick dikenal luas sebagai seorang lesbian. Sebagian besar bukti hubungan Eleanor-Hick didapatkan dalam korespondensi antara keduanya.

Menjelang akhir hayatnya, Hick menyumbangkan surat-surat itu pada Perpustakaan FDR dengan syarat baru boleh dibuka 10 tahun setelah ia mati. Demikianlah pada 1 Mei 1978, 18 karton surat-surat pribadi itu digeber. Lalu banyak rahasia pada masa hidup FDR terungkap.

Ada sejumlah surat yang begitu pribadi dan sensual sifatnya. Pada sebuah surat yang panjangnya 14 halaman, Eleanor menulis, "Yang paling kukenang adalah matamu yang diwarnai oleh senyum menggoda. Aku juga masih merasakan tempat halus di sebelah timur laut sudut mulutmu yang menyentuh bibirku." Surat panjang itu kemudian diakhiri dengan kata-kata: "Selamat malam, Kasihku. Aku ingin melingkarkan kedua tanganku di tubuhmu lalu mengecupmu di sudut mulut. Akan kulakukan itu kurang dari seminggu sejak hari ini."

Hick sering sekali datang ke Gedung Putih bahkan kerap bercokol sampai empat bulan. Ia tinggal di sana sejak 2 Januari 1941 dan malah tinggal secara resmi selama empat tahun berikutnya. Menurut seorang bekas pelayan Gedung Putih, memang agak aneh. Walaupun memiliki sendiri ruang tidur, sering ia tidur di kamar Eleanor. Yang lebih sulit buat para pengurus rumah tangga kepresidenan adalah kehadiran Missy LeHand yang juga menempati sebuah ruangan Gedung Putih. Sudah biasa mereka pergoki Missy di kamar FDR hanya dengan gaun tidur saja. Atau di Oval Office, tempat presiden bekerja, dalam pangkuan FDR.

Di Albany, New York, semasa FDR memangku jabatan gubernur, juga setali tiga uang. Di gedung resmi kediaman gubernur itu, kamar tidur FDR dengan kamar tidur Missy hanya dibatasi sebuah pintu bertirai. Sementara itu, Eleanor mengambil sebuah ruangan tidur di tingkat atas rumah tersebut. Anehnya, semua orang, termasuk anak-anak, menganggap itu sebagai hal yang wajar. Mereka melihat sendiri Missy ada di kamar tidur ayah mereka dengan hanya mengenakan gaun tidur.

Eleanor tampaknya tak begitu peduli pada kehadiran Missy. Tapi FDR tak senang pada Hick. Pada suatu hari ia pernah berteriak marah, "Aku mau agar perempuan, itu dilempar keluar rumah ini." Kemudian untuk…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
KOBARAN API REVOLUSI PRANCIS
1989-07-15

Nukilan buku "citizens: a chronicle of the french revolution" karya simonschama. diterbitkan oleh alfred a.…

B
BENAZIR BHUTTO MENUTURKAN ...
1989-01-14

Nukilan buku "daughter of the east" karya benazir bhutto. london: hamish hamilton, 1988. benazir menuturkan…

K
KENANG, KENANGLAH RUNTUHNYA SYAH ...
1989-02-11

Nukilan buku 'the shah's last ride: the fate of an ally" menceritakan hari-hari terakhir syah…