BIARLAH SERIBU WARTEG BERKEMBANG

Edisi: 49/12 / Tanggal : 1983-02-05 / Halaman : 62 / Rubrik : PAN / Penulis :


IA ada hampir di setiap jalan, menyuruk di pojok pangkalan becak atau terselip di antara berbagai tenda pedagang makanan. Warung Tegal (warteg) memang bagian tak terpisahkan dari Jakarta. Sekitar setengah juta penduduk Ibukota tiap hari nongkrong dan melahap makanan mereka di warung-warung tanpa papan nama ini.

Memasuki warteg Pak Warno yang terletak dekat Lapangan Udara Kemayoran, yang pertama menusuk hidung adalah bau sangit asap. Dinding belakang dapur yang menyatu dengan warung itu hitam oleh asap. Terkesan agak kotor. Warung berukuran 3 x 4 meter itu memang terletak di pinggir got yang ditutupi papan. Berbagai kotoran dapur dan sisa makanan teronggok di bak sampah yang terletak tepat di muka warung.

Suasana seperti itu tetap saja mengundang langganan. Umumnya mereka menghabiskan Rp 200 untuk sekali makan. Variasi makanan di sini memang tak banyak. Nasi sayur Rp 150. Lauknya bisa dipilih: tempe atau tahu Rp 25, ikan asin Rp 50, ikan goreng Rp 200. "Paling banyak di sini seorang sekali makan hanya menghabiskan Rp 500," kata Tarpiah, anak Warno. Dan setiap hari tak kurang dari 30 liter beras ditanak. "Biasanya habis," katanya.

Segala macam lauk ini diletakkan dalam kotak kaca yang terletak memanjang di atas meja. Kotak kaca adalah 'mode' mutakhir bagi kalangan warteg. Biasanya semua lauk pauk dionggokkan begitu saja bercampur singkong goreng, pisang goreng dan cabe.

Omset warteg Warno sehari paling banyak Rp 25.000. "Asal semua sudah makan, kami sudah merasa lega," ujar Warno, 59 tahun, yang mengepalai 17 anggota keluarga dalam rumah papan berlantai dua, dan sekaligus menjadi tempat jualan. "Tidak seperti dulu, kini warung kami cuma buka sampai pukul 9 malam," kata Warno. Alasannya: tak ada tukang becak sekeliling warung mereka, lagi pula untuk menghindari pemabuk yang suka bikin onar.

Warno…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

B
BIARLAH SERIBU WARTEG BERKEMBANG
1983-02-05

Ada sekitar 10 ribu warung tegal di jakarta. ciri khasnya, murah dan merakyat, akan tetap…

G
GENERASI SIONG YANG MAKIN PUDAR
1983-04-09

Rokok siong terancam punah, pabrik satu-satunya mati, dan penggemar semakin kurang.

S
SALERO MINANG ATAU PADANG DI...
1983-05-28

Usaha mengembalikan citra restoran minang ke bentuk aslinya, sebagai langkah, dibentuk armindo (asosiasi restoran minang…