Diteror Bom, Berkantor Di Hotel

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-06-12 / Halaman : / Rubrik : MEM / Penulis :


SAYA menjadi Jaksa Agung pada 1999, saat era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Semula saya menolak permintaan beliau karena merasa jabatan itu amat berat. Saya lebih sreg dengan posisi Menteri Luar Negeri ataupun Menteri Dalam Negeri. Namun, kata Gus Dur, pos Menteri Luar Negeri sudah untuk Alwi Shihab. Gus Dur ingin saya menjadi Jaksa Agung menimbang sejarah saya di Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang cocok untuk mengejar para koruptor.
Akhirnya, tawaran itu saya terima. Selama menjadi Jaksa Agung, saya menangkap banyak kroni Pak Harto (mantan Presiden Soeharto). Bahkan, dalam sepekan pertama, kami menangkap sekitar 50 orang sekaligus. Tak pelak hal itu membuat ramai pemberitaan. Bahkan saya sampai meminta penambahan ruang tahanan di Kejaksaan Agung, karena kapasitas sebelumnya tidak mencukupi.
Kejaksaan Agung begitu produktif pada masa itu karena memang momentumnya pas; ada tuntutan dari masyarakat dan mereka yang di dalam (jaksa) tidak mampu membendung keinginan warga. Jadi memang, menurut saya, penegakan hukum tidak akan bisa terjadi tanpa adanya tekanan masyarakat. Kalau sekarang ini, kondisi di…

Keywords: Marzuki DarusmanKroni SoehartoKasus BLBIKejaksaan Agung
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kisah Seputar Petisi 50
1994-02-05

Memoar ali sadikin. ia bercerita panjang mengenai petisi 50 dan sisi-sisi kehidupannya

K
KIAI HAJI ALAWY MUHAMMAD: TAK MUDAH MELUPAKAN KASUS NIPAH
1994-05-28

Kh alawy muhammad, 66, tokoh ulama yang menjadi mediator antara pemerintah dan rakyat ketika terjadi…

A
Anak Agung Made Djelantik: Dokter yang Giat Mengurusi Seni
1994-04-09

Memoar anak agung made djelantik, perumus konsep dasar seni lukis bali. ia pernah menggelar festival…