SASTRA YANG HARUS TERUS BICARA

Edisi: 50/46 / Tanggal : 2018-02-11 / Halaman : 70 / Rubrik : BK / Penulis : INTAN PARAMADITHA, ,

REZIM Soeharto didirikan dan dirawat lewat narasi yang bersifat utuh dan multidisiplin, terinstitusionalisasi lewat buku-buku sejarah ataupun budaya visual seperti museum, televisi, dan sinema. Sebaliknya, meski narasi tentang berakhirnya rezim Orde Baru terekam dalam memori mereka yang cukup dewasa kala menyaksikan pergolakan tahun 1998, ia tak pernah terinstitusionalisasi
secara rapi dan komprehensif seperti Soeharto melanggengkan kuasanya.

Tentu ada kata-kata kunci yang menyederhanakan pasca-Soeharto (pasca-1998):
reformasi, demokrasi, kebebasan berekspresi. Namun generasi yang tidak mengalami 1998 kerap termegap di antara ingarbingar suara sebelum sampai pada pertanyaan- pertanyaan: Apa yang terjadi? Siapa yang bertanggung jawab? Bagaimana memaknai ”pasca” dalam ”pasca-Soeharto” apa yang berakhir, apa yang tak berubah, apa yang tak selesai? Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori patut diletakkan dalam konteks upaya kolektif membincangkan Orde Baru dan 1998 sebagai titik tolak sejarah Indonesia kontemporer.

Laut Bercerita tidak berbicara tentang Orde Baru, 1998, dan pergerakan mahasiswa dengan cara yang didaktik ataupun esoterik. Melalui narasi yang terang dan menyentuh serta tokoh-tokoh yang simpatik dan terasa dekat, novel ini berpotensi menjangkau pembaca yang lebih luas, khususnya generasi muda. Artikulasi tokoh Biru Laut, aktivis muda yang kritis dan idealis, tak membingungkan ataupun mengancam; sebaliknya, ia lelaki sensitif penyuka
sastra yang kadang penakut dan peragu, cukup dekat…

Keywords: -

---

Foto Terkait