Anggaran Hilang, Gizi Buruk Terbilang

Edisi: 51/46 / Tanggal : 2018-02-18 / Halaman : 46 / Rubrik : INVT / Penulis : TIM INVESTIGASI, ,


TEMPURUNG kelapa muda menjadi menu makan siang Fransisca Patatcot dan anak lelakinya pada Sabtu dua pekan lalu. Duduk bersebelahan di teras kayu Gereja Santo Petrus Paulus, Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat, Papua, mereka asyik mengudap potongan tempurung. Ketika tempurung habis, ia menggantinya dengan menyantap sabut kelapa. "Yang penting kenyang, toh," kata perempuan 45 tahun itu kepada Tempo sambil memangku anak lelakinya yang lain yang juga terlihat kurus.

Gereja Santo Petrus Paulus berada di antara Kampung As dan Atat. Kampung ini terletak di tepi Sungai Mamat dan dikepung hamparan rawa-rawa. Butuh sekitar tiga jam mengendarai perahu cepat dari Agats-ibu kota Kabupaten Asmat-untuk menjangkau kampung itu. Menyantap tempurung kelapa menjadi kebiasaan baru di Asmat. "Sebelumnya tak pernah ada yang makan itu," ujar Hendrik Mengga, yang juga berada di gereja itu bersama Fransisca.

Hendrik sehari-hari bertugas sebagai dokter spesialis bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Agats. Kementerian Kesehatan mengutus Hendrik ke sana untuk memeriksa kondisi 150 anak berusia di bawah lima tahun yang tinggal di kedua kampung itu. Ada 651 orang mengidap campak dan 223 orang menderita gizi buruk di Kabupaten Asmat sejak September tahun lalu. Sebanyak 72 di antaranya meninggal.

Bupati Asmat Elisa Kambu menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk di Asmat sejak 9 Januari lalu. Kampung As dan Atat paling disorot karena warganya menjadi korban meninggal terbanyak, yakni 31 jiwa. Dua hari setelah kunjungan Hendrik, 6 Februari, Bupati mencabut status KLB itu. "Kasusnya sudah jauh menurun," kata Elisa Kambu kepada Tempo di Agats, Senin pekan lalu. Kematian massal itu terungkap pertama kali oleh Keuskupan Agats saat berkunjung ke sana pada akhir Desember 2017.

Hendrik bersama Keuskupan Agats dan petugas kesehatan lain datang untuk memeriksa kesehatan 71 anak kampung selama dua hari. Saat diperiksa, bocah-bocah yang berusia di bawah lima tahun itu tampak ceking dan buncit. Meski jumlah penderita gizi buruk dan campak sudah berkurang jauh dari sebelumnya, petugas kesehatan masih menemukan penderita keduanya. Ada juga yang mengidap hernia, tumor, serta jamur kulit.

Saat anak-anak itu dikumpulkan, tubuh mereka mengeluarkan bau apak. Di antara mereka terdapat anak yang kulitnya dipenuhi jamur hingga membentuk motif seperti kain batik. "Ini karena mandi di kali yang kotor dan tak memakai sabun," ujar Hendrik.

Kedatangan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.